Bagi yang mau menghina Anies Baswedan sudah diwakili oleh Metro TV. Dalam acara bedah editorial Metro TV menyebut Anies “Gubernur Ribet.”
Beda dengan rakyat, pers punya UU Pers. Ujaran sebenci apa pun, yang kena semprot ujaran kebencian nggak boleh marah, nggak boleh ngadu ke polisi, pers punya senjata ampuh yang namanya hak jawab. Kalau dimaki-maki gimana jawabnya? Ya, barangkali balas memaki disaksikan oleh dewan pers.
Menteri agama mestinya menteri yang paling mulia diantara anggota kabinet, tapi faktanya di media sosial paling banyak mendapat cemoohan. Bahkan ketika mendapat musibah kena ikan pari, masih juga diolok-olok. Tentu saja hanya sebatas olok-olok. Lebih dari itu kena jerat ujaran kebencian. Rakyat nggak punya ilmu kebal.
Beda dengan anggota DPR, mereka boleh menghina dengan alasan mengeritik. Atau bahkan tanpa alasan, karena mereka dilindungi oleh hak imunitas.
Artieria Dahlan, politisi PDIP sebagai wakil rakyat telah mewakili rakyat yang mau memaki menteri agama. Kementerian agama disebutnya, "bangsat!"
Tapi rakyat jangan ikut-ikutan. Rakyat nggak punya hak perlindungan. Kalau mau memaki menteri agama harus lengkap, “Kementrian agama bangsat, kata Arteria Dahlan.”
Inilah gambaran tipisnya antara kritik dan menghina. UU MD3 digugat rakyat karena dianggap menutup sikap kritis rakyat. DPR bilang, boleh ngeritik, yang ngggak boleh menghina. Apa yang diucapkan oleh Arteria Dahlan itu mengeritik atau menghina? Arteria menyebutnya kritik.
[irp posts="13424" name="Yakinilah, Arteria Dahlan Itu Anggota DPR Terhormat, Bukan Bangsat"]
Amien Rais bilang pemerintah ngibul. Amien dan pendukungnya bilang itu kritik, tapi pemerintah dan pendukungnya bilang itu menghina. Lebih sopan mana, ngibul atau bangsat?
Rakyat seperti Asma Dewi bilang menteri yang nggak berdaya menurunkan harga disebutnya “edun” dan “koplak.” Asma Dewi dihukum sekian bulan penjara potong masa tahanan. Lebih sopan mana dengan anggota DPR yang bilang menteri bangsat!
Sudahlah, rakyat selalu salah, selalu kalah. Rakyat cuma bisa menjadi penonton pameran ujaran kebencian.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews