Saya dari kemarin mengikuti berita dari Bulan Karunia Rudianti, siswi kelas 3 SD Negeri 88 Kota Pekanbaru. Dek Bulan menulis surat ke Presiden Jokowi, karena melihat Presiden kita suka bagi-bagi Sepeda. Si adik cantik kita karena keterbatasan fisik berharap dikirimkan juga hadiah, bukan sepeda tapi kursi roda.
Saya mengikuti berita ini sambil berdoa, semoga jadi perhatian netizen. Alhamdulillah ramai dan kalau sudah ramai tentu saja tidak ada alasan Istana untuk tidak mengirimkan Kursi Roda Impian untuk dek Bulan.
Terima kasih Pak Jokowi, saya selalu yakin terlepas dari apapun niatnya, beliau ini orang yang berhati mulia.
Sekarang setelah Dek Bulan mendapatkan kursi roda impiannya, harapan saya selanjutnya adalah agar Pemimpin Negeri ini di masa yang akan datang adalah orang yang punya konsep dan bisa memikirkan juga lapangan kerja untuk Dek Bulan dan anak bangsa difabel lainnya.
Tentu saja untuk masalah kedua ini, saya mohon maaf, saya berpikir Pak Jokowi bukan orang yang tepat.
Benar , beliau orang yang berjiwa mulia. Tindakan membagi-bagi sepeda, kursi roda, sepatu, buku dan lainnya adalah tandanya beliau punya hati dan perduli.
Sekali lagi terima kasih Pak Jokowi.
Tapi tentu saja kalau ukuran Pemimpin Nasional, kita tidak bisa membicarakan keperdulian terhadap satu, dua, sepuluh bahkan sepuluh ribu orang. Kita sedang membicarakan Indonesia dengan 260 juta orang lebih penduduknya.
Melihat track-rekord, komunikasi dan gaya bicara yang menggambarkan kemampuan berpikir-nya, saya yakin kita salah meletakkan jabatan terhadap orang yang berjiwa mulia ini.
Beliau orang yang sangat bagus di posisi pekerja dan pelaksana tugas, dan itu seharusnya sudah bisa kita paham dengan slogan kampanyen beliau ,"kerja..kerja..kerja".
Ibarat sebuah Perusahaan, beliau tidak cocok di posisi Direktur yang harus punya konsep perencanaan, visi dan misi strategis jangka panjang Perusahaan.
Beliau sangat tepat di posisi Manager atau malah mungkin Supervisor untuk melaksanakan dan mewujudkan visi dan misi yang sudah di konsep oleh Direktur.
Karena itu andai memungkinkan secara Undang-undang, saya berharap nama beliau ada di barisan kabinet Pak Prabowo Subianto apabila sang Ksatria Berkuda memenangkan Pilpres di 2019 tahun depan.
Saya pikir tidak perlu saling berdebat atau bantah-membantah. Berkaca saja ke sejarah masa silam, perjalanan karir Pak Jokowi juga sedikit banyak adalah hasil dari polesan tangan seorang Prabowo Subianto.
Sebagai penutup, mari kita semua anak bangsa menghentikan caci-maki politik.
[irp posts="13026" name="Mari Jokowi Lagi (2): Indonesia Tidak Bubar, Malah Makin Membesar"]
Pekerjaan rumah kita masih sangat banyak, jangankan menyediakan lapangan kerja untuk Dek Bulan dan anak bangsa yang memiliki keterbatasan fisik lainnya, untuk anak-anak bangsa yang kita yang berfisik sempurna pun terkadang masih saling sikut harus berebutan.
Misalnya lowongan kerja untuk sepuluh orang pramuniaga di "departement store", bisa dikuti sampai ribuan orang.
Tapi di tangan Pemimpin yang mempunyai konsep perencanaan matang, memiliki visi dan misi menjadikan Indonesia kembali menjadi Macan Asia.
aya yakin Dek Bulan dan semua anak-anak bangsa generasi penerus kita, bukan hanya akan mendapat simpati dan keperdulian sesaat. Ditangan pemimpin yang tepat, masa depan mereka akan kita siapkan dan mereka akan bisa hidup dengan layak.
Karena Kursi Roda untuk Dek Bulan bukan akhir dari perjuangan-nya, tapi justru awal menapaki perjalanan hidup untuk tujuh puluh tahun yang akan datang.
Kalau bukan saya, kamu dan kita semua yang perduli, siapa lagi....?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews