Rupiah memang melemah. Tapi bukan berarti dolar Amerika (USD) menguat di mana-mana.
Ternyata USD melemah terhadap Yen Jepang. Melemah terhadap Euro. Melemah terhadap dolar Singapura. Juga melemah terhadap renminbi Tiongkok. Dan seterusnya.
Total USD melemah 10 persen setahun terakhir.
Kinerja ekonomilah yang membuat negara-negara tersebut mata uangnya menguat. Kinerja ekononi mereka memang membaik.
Mereka seperti membantah dalil bahwa Amerikalah yang membuat mata uang sebuah negara merosot.
Misalnya, menurut ahli dalil itu, pemotongan pajak yang gila-gilaan di AS. Dari 35 persen ke 21 persen.
Atau karena ekononi AS yang membaik: angka penganggurannya hanya 4.1 persen bulan lalu. Terbaik dalam sejarah.
Atau rencana bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunga empat kali tahun ini.
Semua itu betul. Bisa membuat negara seperti Indonesia kelabakan. Akibatnya, seperti rupiah melemah begitu mencolok. Tapi di tengah situasi seperti itu toh masih banyak negara yang mata uangnya menguat.
Bahkan lembaga keuangan dunia seperti Golman Sach sebenarnya sudah memberikan indikasi bahwa perekonomian dunia tahun 2018 ini akan membaik secara nyata.
Ekonomi banyak negara penting terbukti tumbuh menggembirakan. Goldman Sach bahkan menggambarkan inilah untuk pertama kalinya perbaikan ekonomi dunia paling jelas sejak tahun 2013.
Maka yang lebih penting adalah kinerja. Terutama kinerja ekonomi masing-masing negara.
Di tengah tekanan Presiden Trump yang begitu hebat dan kejam, Tiongkok mestinya kelabakan. Tapi ternyata tetap saja neraca perdagangan Tiongkok dengan AS surplus gila-gilaan.
Tahun lalu, bahkan, suplusnya mencapai rekor baru: 275 milyar dolar. Surplus satu bulan saja, Desember lalu, saat Trump lagi marah-marah, bisa mencapai 25 milyar dolar.
Padahal mata uang renminbi menguat terhadap USD. Mestinya ikut menghambat ekspornya ke Amerika.
Ekspor Tiongkok mestinya ibarat sudah jatuh (dipukuli Trump) masih tertimpa tangga (oleh renminbi yang menguat). Tapi tetap saja Tiongkok lari dan lari.
Untuk bisa mendapatkan tangga yang lebih kuat. Dan lebih tinggi. Kinerja ternyata bisa mengalahkan tangga yang jatuh.
Kinerja. Kinerja. Kinerja.
Lalu, kinerja apa yang bisa kita perbaiki? Tentu ekonomi, ekonomi, ekonomi. Bukan politik, politik, politik.
Tentu tetap harus ada yang tekun menggeluti sektor ekonomi riel. Kalau tidak, makro ekonomi kita akan terus memburuk.
Sehebat-hebat orang yang pandai mengatur makro ekonomi, tidak akan bisa membidani angka-angka yang merah kalau angka mikro ekonominya memang buruk.
[irp posts="12115" name="Sejarah Baru Tiongkok (1): Xi Jinping yang Tiada Tanding"]
Harus ada yang selalu menjelimeti peluang-peluang ekonomi yang ada. Jangan pesimistis. Jangan putus asa. Selalu akan ada peluang. Di tengah kesulitan seperti apa pun.
Misalnya adakah yang melihat bahwa saat ini Tiongkok lagi menutup semua pabrik kertasnya di sepanjang sungai mana saja di sana?
Adakah yang tahu bahwa Tiongkok saat ini, sekarang ini, lagi melarang impor bahan baku sampah plastik dan sampah apa saja?
Semua itu adalah peluang besar bagi negara seperti Indonesia. Tentu juga peluang bagi Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja. Tinggal siapa yang lebih jeli. Lalu memanfaatkannya. Dengan cara mendorong industri dalam negeri masing-masing.
Termasuk memberikan dukungan peraturan yang jelas. Dan pro ekspor. Dan cepat.
Jangan sampai peraturannya baru akan dirapatkan. Entah kapan keluarnya.
Tiongkok sekarang hanya mau mengimpor bahan baku biji plastik. Untuk bahan baku pabrik plastik mereka. Bukan lagi sampah plastik. Semua pabrik pengolahan bahan baku plastik di Tiongkok sekarang tutup. Secara massal.
Begitu besar peluang ini. Untuk ekspor biji plastik kita. Agar necara perdagangan kita tidak lagi defisit. Agar rupiah kita tidak melemah.
Jelas, kinerja yang baik hanya bisa diraih oleh tim yang serius dan fokus. Bukan oleh tim yang hanya membuatnya sebagai kerja sampingan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews