Seperti suasana pasar di pagi hari, ada suara tawar menawar harga, menanyakan kualitas, bercampurnya bau segala barang dagangan, sampai bau lumpur kotor yang melumuri kaki yang lalu lalang. Suasana itu sekarang terjadi pada tatanan politik Indonesia menjelang Pilkada, Pileg dan Pilpres.
Menjadi begitu menarik untuk Pilpres karena yang akan dipilih adalah apakah meneruskan Jokowi, mengganti atau mendampingi. Baper dimana-mana, jualan tampang sampai kekuatan massa dan agama dijadikan daya tawar kadang keluar dari domain nalar.
Pagi ini saya dikirimi tulisan Dahlan Iskan tentang TGB, ulasannya menarik karena Dahlan seorang penulis yang andal. Diujung tulisan ada noted yang mengatakan: *Kalau Anda setuju share tulisan ini, karena bila semut bersatu gajahpun akan runtuh* apakah noted itu dari Dahlan atau bukan, tapi intinya adalah upaya menggiring opini bahwa TGB kandidat yang bisa menggantikan Jokowi.
Kenapa Jokowi menarik, dia adalah presiden fenomenal, melesat dari bantaran kali, menapaki hutan Aceh, menjadi pengusaha mebel, menjadi walikota 2 periode, gubernur 1,5 tahun dan menjadi presiden RI tanpa embel-embel ketua partai. Apakah ini masuk katagori mukjijad, bisa saja.
Di tengah kekuatan PS yang jumawa dengan dana dan teman orang kaya, sujudnya cuma sekedar mencium tanah, tidak sampai memerintah, cita-citanya patah, koloninya marah dengan sumpah serapah, fitnah yang panjang sampai sekarang.
Kurang apa PS di mata ukuran kemampuan, kurang apa orang-orang yang pernah berusaha menapaki puncak karir atau nafsu menjadi presiden, kita selalu menyebut "iyya qanaqbudhu waiyya qannastain" tapi kita selalu lupa bahwa DIA penentu segalanya... kunmfayakun Susi yang tamat SMP jadi menteri yang moncer, memberi kuliah di Harvard, kenapa bukan Dahlan Iskan atau Fadli Zon, kenapa bukan PS atau Amien Rais, kenapa... tanyakan pada nuranimu karena di sana ada Tuhan yang maha...
Jokowi, manusia rendah hati pengabdi, bekerja untuk bangsa dan negara, merobah tatanan moral yang lama terpuruk karena jiwa kemaruk para pejabat.
Lima tahun pertama tidak lama untuk sebuah usaha merubah kebiasaan yang sudah membudaya poya-poya dengan uang negara, perampokan di mana-mana, lihat saja apa yang dilakukan KPK sampai detik ini, OTT dsb adalah buah dari kebiasaan pejabat yang korup dan amoral, melanjutkan memberi amanah kepada Jokowi menjadi wajib agar kerja kerasnya bisa menjadi pondasi ke depan.
Bukan mengabaikan kemampuan yang ingin menggantinya tapi lebih kepada apa sebenarnya niatnya, kalau mau meneruskan, biarkan Jokowi yang menuntaskan, kalau mau mengganti apa program yang lebih baik untuk dikerjakan. Kita 32 thn dierami Cendana anak tetasannya budaya nepotisme negatip dan koruptip, 10 tahun diayunan SBY, kita cuma di kasih 6 album dan subsidi BBM yang mengelabui. 4 tahun di tangan Jokowi kita merasakan Indonesia yang sebenarnya.
Kawan saya konsultan jalan di perbatasan Papua bercerita bagaimana jalan di bangun di tengah hutan belantara. Indonesia... kenapa kita tidak pernah kesana... kini setelah Jokowi hal itu terjadi.
TGB, MMD, Muhaimin is Kandar, dst... berusahalah untuk menjadi penerus karena pondasi sudah diletakkan. Tidak usah berpikir jadi penggerus, Indonesia ini kita, bukan kau, aku, atau kalian. Jangan biarkan pembisik yang mendorong kalian untuk bertabrakan dengan kebaikan. INDONESIA HARUS DI KEDEPANKAN DARI BALAPAN NAFSU KEKUASAAN.
# MARI JOKOWI LAGI.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews