Ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 gemanya sudah membahana, bahkan gaungnya seakan meredupkan Pilkada yang sudah masuk tahapan kampanye. Meskipun bergaung kencang, hingga saat ini, belum satu pun pasangan Capres dan Cawapres dideklarasikan, mungkin karena waktunya masih panjang.
Kalau mengikuti analisa pengamat, Pilpres 2019 ini dipastikan hanya diikuti dua pasangan atau bahkan paling banyak tiga pasang. Dari semuanya itu, baru Joko Widodo yang sudah ada kejelasan untuk maju kembali dari lima partai pengusungnya. Sedangkan Prabowo Subianto, sudah dideklarasikan oleh DPD-DPD Gerindra se-Indonesia, namun tanpa kehadiran yang bersangkutan.
Ada apa ini? Jokowi sudah diusung lima partai untuk kembali maju dalam Pilpres 2109 sebagai Capres, tanpa sosok cawapresnya. Begitu pula, Prabowo dideklarasikan sebagai Capres 2019 tanpa kehadiran dirinya.
Di sisi yang lain, mereka yang ngebet ingin dilamar Jokowi sebagai Cawapresnya mulai menjaga jarak ketika Jokowi tampak intim dengan AHY dan SBY di Rapimnas Partai Demokrat, 10-11 Maret lalu. Begitu pula, peluang menjadi cawapresnya Jokowi pun kan hilang, bila ternyata Prabowo memilih merapat ke Jokowi.
[irp posts="12444" name="Berbagai Cara Mengalahkan Prabowo Sebelum Bel Tanding Dibunyikan"]
Apakah ketidakhadiran Prabowo Subianto di acara pendeklarasian dirinya oleh DPD-DPD Gerindra sebagai bukti keraguan Prabowo bisa mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019? Kalau sudah merasa kalah, buat apa pula harus mendeklarasikan diri sebagai Capres. Selain itu, bukan hal yang mudah pula bagi Prabowo untuk menerima tawaran Jokowi sebagai Cawapresnya.
Di dalam politik, segalanya bisa cair. Bisa jadi, Pilpres 2019 nanti pesertanya adalah Jokowi-Prabowo dan Gatot Nurmantyo-Tuan Guru Bajang (atau AHY) yang didukung Demokrat, PKS, PAN, PKB.
Kita tunggu saja kejutannya....
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews