Di era digital, hoax sudah menjadi bagian dari propaganda politik. Itu sebabnya sikap orang terhadap hoax tak ada bedanya dengan sikap mereka terhadap propaganda pada umumnya: selalu mendua. Ia dicela jika merugikan diri atau kelompoknya, tapi dibiarkan jika sebaliknya.
Sebagai bagian dari propaganda, sebagian besar orang sebenarnya paham jika hoax tidak mengandung kebenaran apapun. Jadi, kalau kita bertanya kenapa hoax gampang sekali direpro secara massif, barangkali bukanlah karena sebagian besar orang benar-benar tidak sanggup mengenali kebenaran, melainkan karena mereka memang terlibat dan berkepentingan dengan maksud yang bekerja di balik propaganda kepalsuan tersebut.
[irp posts="12030" name="Gara-gara Hoax Pil Mandul" di Facebook, Srilanka Pun Membara"]
Tentu ada sebagian kalangan yang benar-benar bisa dianggap sebagai murni-korban, namun selebihnya bisa jadi merupakan bagian dari sukarelawan, kaum propagandis hoax.
Apakah hoax sedemikian mengerikannya?!
"Kebenaran", dalam tanda petik, sebenarnya selalu diciptakan, tak pernah benar-benar hadir dalam wujudnya yang telanjang.
Jauh sebelum jaman internet, blog, dan media sosial, misalnya, kebenaran hanya bisa difabrikasi oleh institusi seperti agama, negara dan media-media arus utama.
Era media sosial telah mengubahnya, memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menciptakan dan menyebarkan kebenaran versinya sendiri.
Jadi, di balik kekhawatiran terhadap hoax, sebenarnya tidak selalu tersimpan kepentingan untuk menyelamatkan kebenaran, karena di baliknya bisa juga tersembunyi kepentingan dari mereka yang selama ini memonopoli fabrikasi kebenaran.
Sejak awal isu mengenai hoax ini jadi perbincangan di media sosial, saya tetap berpandangan jika masalah terburuk kita bukanlah memilah hoax dari bukan-hoax, karena hanya orang-orang idiot saja yang akan menjadi korbannya.
Masalah terburuk kita adalah harus mengenali hoax-hoax bersertifikasi yang selama ini diproduksi oleh institusi resmi. Sebab, orang-orang yang merasa dirinya intelek seringkali menjadi korbannya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews