Catatan ILC Moslem Cyber Army (2): Raja Juli Antoni versus Fadli Zon

Jumat, 9 Maret 2018 | 21:37 WIB
0
838
Catatan ILC Moslem Cyber Army (2): Raja Juli Antoni versus Fadli Zon

Bicara soal membela ulama kami dan bukan ulama kami yang keduanya mendapat nyinyiran dan hujatan, kalau mau sedikit lebih tenang maka bisa dipilah, mana yang menghujat ulama, mana yang balasan kritikan berifat politis.

Misalnya begini. Kalau ada ulama yang masuk dalam politik praktis, katakanlah membela satu pasangan calon dalam Pilkada, maka tidak bisa dihindari akan kena “serempet” lawan politiknya. Dalam hal kontestasi politik adalah hal yang lumrah, tapi karena keulamaannya tetap melekat maka bisa saja ditafsirkan sebagai menghina ulama. Bahkan jamaah yang menolak ajakan ulama untuk memilih salah satu calon bisa juga ditafsirkan sebagai sikap kurang ajar terhadap ulama.

Atau dalam hal lain. Ada ulama yang dengan bahasa seragam dengan penguasa “menyerang” pendapat kelompok oposisi, lalu mendapat serangan balik dari oposisi. Oposisi bisa parpol, LSM, Ormas, atau perorangan. Pertanyaannya, apakah serangan balik itu merupakan dinamika yang wajar dalam demokrasi, atau ditafsirkan sebagai hujatan terhadap ulama yang bersangkutan?

Biarkan saja pertanyaan-pertanyaan itu mencari jawabannya sendiri. Karena memang sulit membedakan si Fulan sebagai fulan atau sebagai ulama atau sebagai politisi atau sebagai pengamat. Misalnya, Raja Juli Antoni yang mengatakan, “Di PSI punya tesis yang saya kira bisa diuji malam ini". Tesis dari parpol tentu saja patut "dicurigai". Apalagi parpol yang sedang ikutan persaingan kontes politik.

Hoaks menjamur, menurut Raja karena kita tidak punya partai politik oposisi yang kredibel. Sekilas tesis ini cukup menarik. Tapi coba perhatikan tesis "akal-akalan ini". Raja bertanya, "Sekarang apa yang ditawarkan oleh seorang Fadli Zon atau Fahri Hamzah untuk Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Pembangunan Infrastruktur? Yang ditawarkan adalah hal semacam ini coba, satu hal yang bersifat primordial". Kemudian Raja entah menyitir ucapan Fahri atau Fadli, "Rezim ini tak kelihatan mendukung masyarakat Rohingya yang menjadi korban penggusuran dan pembantaian, apakah karena kebetulan mereka Muslim?”

Krik krik krik…

Raja menyoal kritikan yang nggak kredibel FH dabn FZ soal “keberhasilan” program KIS, KIP, infratsruktur. Tapi Raja memberi contoh kritikan FH dan FZ yang menyoal Rohingya. Siapa yang nggak nyambung nih? Maksa banget. Kenapa nggak sekalian kasih contoh kritikan soal penanganan sepak bola?

Kalau Raja mau memberi contoh kritikan FH yang nggak kredibel soal KIS atau KIP masih bisa dipahami. Fahri Hamzah pernah mengeritik soal KIS dan KIP yang disebutnya bukan program baru, “Itu 'kan jasa pemerintahan yang lalu, enggak usah seolah-olah itu baru. Cuma penamaan baru, Pak Jokowi pintar ngasih judul," kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin 3 November 2014.

Di sisi lain, Fahri khawatir jika perubahan nama itu akan berbenturan dengan aturan undang-undang. Jika memang tak ada perubahan mendasar, dia menyarankan agar Jokowi tetap menggunakan nama program yang sama. "Kalau mau mengubah nama, apakah cukup dengan peraturan pemerintah? Setiap program harus ada nomenklaturnya di APBN, kalau enggak, bahaya, out of budget," ujarnya.

Raja bisa saja menganggap kritikan FH soal KIS, KIP nggak kredibel, tapi masih nyambung dan nggak primordial. Krik… krik… krik…

[irp posts="11990" name="Kritik atas Kritik, Raja Juli Antoni Good Boy" Baru Kekuasaan"]

Lagian apa sih yang dimaksud oposisi itu, apakah hanya terbatas pada parpol? Lagian mana ada di sini parpol yang murni oposisi kaya yang dicontohkan Raja di Amerika sana. Setelah koalisi parpol kalah dalam Pilpres, ramai-ramai ngebesan ke Istana minta jatah kursi menyisakan Gerindra dan PKS. PKS malah sempat mesra dengan pemerintah Jokowi dan menyebut dirinya oposisi loyal. Model oposisi apa coba?

Oposisi bukan cuma parpol, tapi juga bisa LSM, mahasiswa, ormas, pers, dan lainnya. Lagian sok ngeritik parpol oposisi, lha parpol baru yang dibanggakan sebagai partai anak muda yang reformis progresif kok malah belum apa-apa sudah menyusu pada penguasa, progresifnya di mana? Sok ngajarin partai oposisi pula. Semangat muda model apa?

Ada yang menyebut Raja Juli Antono sebagai "good boy baru kekuasaan". Hmmm..berarti Raja adalah Ruhut Sitompul masa depan. Raja bisa jadi antitesa Fahri Hamzah atau Fadli Zon di masa datang. Berarti pertengkaran Raja dengan Fadli bukan soal tesis, tapi jangan-jangan Fadli lagi ngajarin Raja bagaimana menjadi "good boy" pemerintah yang baik dan benar, dan tentu saja terpatuh, termanggut-manggut.

[embed]https://youtu.be/MfSG0BPdI50[/embed]

(Bersambung)

***

http://pepnews.com/2018/03/08/catatan-ilc-moslem-cyber-army-1-berita-penting-dan-berita-umum/