Pada pengumuman KPU, ada empat partai baru yang lolos verifikasi faktual secara nasional, salah satunya adalah Partai Garuda (Partai Gerakan Perubahan Indonesia).
Pada tahun 2004, ada partai yang bernama Partai Karya Peduli Bangsa(PKBP) dan sebagai Ketua Umumnya yaitu R Hartono, mantan KSAD. Partai ini mendeklarasikan Siti Hardiyanti Rukmana sebagai calon presiden 2004. Tetapi partai ini hanya memperoleh suara secara nasional 2,11%.
Nah,Partai Karya Peduli Bangsa (PKBP) ini mengalami reinkarnasi menjadi Partai Garuda atau Partai Gerakan Perubahan Indonesia dengan Ketua Umumnya Ahmad Ridha Sabana yang juga sebagai presiden Direktur PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia(TPI), yang kita ketahui bersama pemiliknya yaitu Siti Hardiyanti Rukmana.
Jadi keluarga Cendana juga ingin meramaikan bursa calon presiden dan wakil presiden pada tahun 2019.
Ada tiga trah mantan Presiden Soeharto yang sekarang aktif di partai. Pertama, Hutomo Mandala Putra (Tomy) menjadi Dewan Pembina Partai Berkarya yang saat ini masih malu-malu untuk meramaikan bursa calon presiden dan wakil presiden. Kedua, Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) yang hanya di balik layar Partai Garuda dan masih menunggu momen yang pas untuk muncul di publik. Dan ketiga, Siti Hediati Hariyadi (Titiek) yang berteduh di bawah pohon Beringin atau partai Golkar.
Inilah geliat atau kebangkitan dari trah Cendana,mereka juga ingin mengundi nasib dalam percaturan politik nasional.
Tentu mereka ingin menjual nama besar mantan presiden Soeharto yang tak lain bapaknya sendiri dan itu sah-sah saja.
Apalagi ada sebagian masyarakat yang merindukan sosok mantan presiden Soeharto, sandang-pangan murah, sekalipun itu dengan utang dan subsidi untuk masyarakat.
Piye enak jaman bapakku tho...!?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews