Melihat Kemesraan Jusuf Kalla dan Jenderal Budi Gunawan

Jumat, 9 Februari 2018 | 11:11 WIB
0
734
Melihat Kemesraan Jusuf Kalla dan Jenderal Budi Gunawan

Sebenarnya tidak ada ada yang aneh orang sholat subuh bersama, sekalipun di mesjid Istiqlal. Itu biasa dan bukan berita, apalagi dilakukan setiap hari secara berkala. Menjadi tidak biasa dan menjadi berita ketika Wapres Jusuf Kalla, Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan, Wakapolri Komjen Syafruddin dan ustad Abdul Somad sama-sama sholat subuh berjamaah di Masjid Sunda Kalapa, Minggu 4 Februari 2018 lalu.

Menjadi berita karena mereka ini adalah tokoh nasional, orang-orang terkemuka pada bidangnya. Jika melaksanakan sholat subuh di tempat terpisah, mungkin juga bukan berita karena itu sudah biasa. Tetapi ketika para tokoh nasional ini sama-sama sholat subuh di masjid yang sama, maka ini berita. Apalagi, ada ustad Abdul Somad di sana.

Memang menjadi kurang bernilai berita ketika para tokoh itu bersangkut paut dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) di mana Ketua Umum-nya dipegang Jusuf Kalla. Budi Gunawan baru-baru ini didapuk sebagai Wakil Ketua Majelis Pakar DMI dan Syafruddin sebagai Wakil Ketua Umum DMI alias wakil Kalla langsung. Ah, itu kan acara DMI.

Memang sih hasil muktamar DMI ke VII yang berlangsung pada 10-12 November 2017 lalu memasukkan sejumlah pejabat teras dalam kepengurusannya. Selain Jenderal Budi Gunawan dan Komjen Syafruddin, masuk pula Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil.

Namun empat tokoh yang sholat subuh berjamaah dan usai sholat  menuju ke rumah dinas Wakil Presiden di Jalan Diponegoro yang jaraknya tidak jauh dari Masjid Sunda Kelapa untuk sarapan pagi, tetap menarik untuk dicermati. Bukan untuk dikritik apalagi dinyinyiri.

Dalam konteks dan suasana angin Pilpres yang sudah mulai berembus sepoi-sepoi, peristiwa sederhana tidak boleh dianggap biasa, meski undangan Kalla dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum DMI.

Mari kita lekatkan pada suasana Pilpres 2019 itu. Sampai saat ini, PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri, belum menyatakan dukungan kepada Joko Widodo sebagai bakal capres pada Pilpres mendatang. Yang sering dikemukakan adalah penegasan kembali bahwa Jokowi sekadar "petugas partai". Jokowi bukan tidak menyadari ini, makanya sebagai back up ia berdekat-dekat dengan Partai Golkar dan sejumlah partai lainnya.

Pertanyaannya, kalau bukan Jokowi yang diusung oleh Megawati, lalu siapa?

Jusuf Kalla!

Hah? Jusuf kalla? Apa kata dunia PDIP mencalonkan Jusuf kalla? Becanda aja nih!

Tenang, dengarkan, ikuti dulu jalannya peristiwa dan logika ceritanya!

Masih ingat Pilpres 2014 di mana di saat-saat akhir akhirnya Jusuf Kalla yang menjadi pendamping Jokowi? Sampai sekarang peristiwa itu masih misterius. Ada yang mengatakan jalan mulus itu berkat mahat "T-T-an" yang pasti sulit dibuktikan. Nah dalam konteks Pilpres 2019, bisa terjadi Jusuf Kalla muncul di saat-saat akhir sebagai calon PDIP!

Di mana logikanya? Budi Gunawan!

Sudah bukan rahasia umum, Budi Gunawan adalah orang dekat -sangat dekat malah- Megawati Soekarnoputri. Ia jelas sudah berada di kandang banteng. Pernahkah Anda membayangkan suatu saat Jusuf Kalla dipasangkan dengan Budi Gunawan dalam satu paket capres-cawapres yang disokong PDIP?

Pasti sulit dibayangkan untuk saat ini. Tetapi.... waktu akan terus bergulir dan berjalan secara liar, bahkan tak terduga.

Kalau ngebet anak biologisnya yang harus jadi presiden atau minimal wapres, bisa saja memasangkan Jusuf Kalla dengan Puan Maharani, sementara Budi Gunawan mengamankan jalannya pencalonan sampai pemungutan suara dalam arti sebenarnya.

Bukan bermaksud mendahului Tuhan, kemungkinan yang akan terjadi (catat ini) di Pilpres 2019 Jokowi berpasangan dengan Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto dengan Anies Baswedan, dan Jusuf Kalla dengan Budi Gunawan (Puan Maharani).

Dengan batas minimal pencalonan 25 persen, memang maksimal hanya ada tiga pasang sesuai koalisi partai. Jika ada keajaiban, lebih bagus tercipta poros baru yang menjadi antitesa ketiga pasangan yang disimulasikan barusan.

***