Niat ingin mencari rezeki yang lebih besar di negeri orang, malah berakhir masuk tahanan di Hongkong.
Kejadian ini menimpa dua pelawak asal Jawa Timur dari Group Guyon Maton, yaitu Cak Percil dan Cak Yudho, mereka kini sedang menjalani sidang pembacaan dakwaan di pengadilan Shatin, Hongkong.
Kasus ini bermula dari kedua pelawak itu yang diundang untuk manggung atau menghibur warga Indonesia di Hongkong dan yang mengundang adalah warga negara Indonesia yang tinggal di Hongkong juga. Kedua pelawak ini datang ke Hongkong dengan visa turis, bukan visa hiburan atau visa kerja.
Dari visa turis inilah awal kasusnya. Perlu diketahui bahwa warga negara asing yang masuk ke negara Hongkong dan melakukan kegiatan yang menerima bayaran, maka visa yang dipakai bukan visa turis tetapi visa kerja/hiburan.
Pelawak Cak Percil dan Cak Yudho ini didakwa oleh pengadilan dengan Undang-undang melanggar Imigrasi Hongkong yaitu tampil di depan umum untuk melawak atau menghibur dan menerima bayaran hanya berbekal visa turis.
Biasanya visa turis yang mengurus adalah pihak pengundang dalam hal ini sponsornya.
Dua pelawak ini digrebek dan ditangkap saat akan mulai dalam acara lawak untuk menghibur WNI di Hongkong pada 4 Januari 2018 lalu. Pihak imigrasi dan polisi setempat melakukan penangkapan dan interogasi terus ditahan aparat setempat.
Pada akhir Desember 2017, juga ada ustadz Abdul Somad dengan berbekal visa turis untuk memenuhi undangan dan mengisi tausiah atau ceramah agama dan menerima bayaran, tetapi yang bersangkutan masih lebih beruntung yaitu begitu masuk Imigrasi di bandara Chek Lap Kok, yang bersangkutan langsung disuruh meninggalkan bandara Hongkong.
Tapi jamaahnya, bahkan anggota DPR mencurigai pemerintah, bahwa ada pihak-pihak yang sengaja supaya Ustad Abdul Somad tidak boleh masuk ke negara Hongkong. Pemerintah disuruh melakukan protes ke negara Hongkong, pinta pendukung Somad. Padahal jelas Abdul Somad melanggar adminitrasi yaitu berbekal visa turis tetapi mau mengisi acara tausiah dengan menerima bayaran.
[irp posts="6814" name=" Menggoreng" Ustad Abdul Somad"]
Atas kejadian di atas, untuk artis-artis atau ustad dan jagad dunia hiburan Indonesia, apabila masuk ke negara lain dan ingin menghibur dan menerima bayaran, pelajari adminitrasi negara yang bersangkutan, jangan sampai ingin dapat bayaran yang lebih besar malah berakhir nestapa atau dipenjara di negara orang.
Nanti yang disalahin pemerintah lagi, kayak kasusnya Abdul Somad, dipolitisir pula oleh pembenci Jokowi.
Malang benar nasibmu, Cak Percil dan Cak Yudho, ingin dapat rezeki untuk anak-istri malah dipenjara. Moga urusannya cepat selasai ya, Cak!
Eh meski telat, selamat juga buat ustad Abul Somad yang nasibnya lebih beruntung cuma disuruh pulang balik ke Indonesia dan tidak mesti disidang di pengadilan.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews