“...Awkarin ini sebenernya orang salah paham. Karena lagunya bagus-bagus. Lagu Candu misalnya. Wuah, liriknya dalem banget.... Tapi masalahnya, dia nyanyi kayak orang lagi ngelem. Salahnya itu doank. Bukan salah Awkarinnya. Salahnya dia mungkin gak ada yang ngajarin aja... Mungkin gak ada orang yang membimbing dia, yang mementoring dia dengan baik. Mungkin ini prosesnya dia. Dari yang kayak ngelem sampe akhirnya nanti bisa bagus. Di video klip dia yang Bad Ass... Bajunya dia begitu. Kan orang jadi... ya kan orang Indonesia gitu. Kan orang jadi menghakimi. Mungkin dia belum ketemu orang yang lebih kreatif, menurut gua...”
Itu adalah sepenggal monolog dari Raditya Dika dalam video stand up comedy yang ada di akun Youtube milik Raditya Dika berjudul Lagu Selebgram Bagus. Dalam video itu, Raditya Dika membicarakan tentang orang yang bisa jadi terkenal gara-gara instagram.
Aku, yang baru saja melihat video berjudul Awkarin Bicara Cyber Regulation di channel YouTube milik Geotimes ID, jadi sependapat dengan Raditya Dika. Perlu ada yang bimbing dia. Apa yang dia sampaikan bagus, kok. Cuman cara penyampaian dia yang berputar-putar dan sering mengulangi kata-katanya sehingga ada beberapa orang yang komentar, “Dia ngomong apaan sih?”
Dalam video tersebut dibuka dengan pertanyaan: apa pentingnya cyberlaw? Karin menjawab itu penting banget. Karin menyadari kalau yang di internet itu bisa berdampak di dunia nyata makanya perlu ada aturan.
Jawaban yang agak lucu dari seseorang yang dicap oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki pengaruh buruk di internet. Admin dari Geotimes ID sendiri, mengundang Karin karena ingin melihat bagaimana seseorang yang selama ini menikmati kebebasan di internet memandang kebebasan itu.
Namun semakin berjalan, bila kita cermat, kita akan tau bahwa sebenarnya Awkarin adalah sosok yang cerdas.
Ketika dia ditanya tanggapannya ketika setahun yang lalu dipanggil oleh KPAI, Karin menjawab itu teguran buat dia untuk memperbaiki konten-konten yang dia bagikan di instagram maupun di youtube.
Sekarang apa yang dia tampilkan di sosial medianya tidak sevulgar dulu, menurutnya. Dia mengaku tidak lagi menampilkan gambar maupun video saat dia sedang merokok dan tidak lagi berpakaian seterbuka dulu. Yah, kalau dilihat di instagramnya sih, itu kan baju-baju endorse....
Namun kalau dilihat dari akun Youtubenya, ada variasi konten yang dia bikin. Tidak melulu soal ‘dunia’ dia yang dia tuang dalam vlognya. Ada semacam talkshow juga yang ditampilkan disana. Dia membahas gosip yang sedang hangat saat video itu ditayangkan. Ya, aku melihatnya sebagai sebuah proses.
Di akhir video Karin mengungkapkan bila ingin sukses seseorang harus konsisten. Tidak ada yang instan dan tidak ada lift yang langsung ke atas. Kita harus membangun tangganya satu per satu. Mungkin dengan menjadi seorang sensasional yang banyak haters adalah tangga yang harus dilaluinya untuk menjadi selebritis yang lebih baik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews