Sejarah Catur Dunia (4): Abad XIX, Awal Kompetisi Catur Modern

Sabtu, 30 Desember 2017 | 04:51 WIB
0
624
Sejarah Catur Dunia (4): Abad XIX, Awal Kompetisi Catur Modern

Memasuki abad XIX permainan catur tetap berkembang dengan pesat di Perancis. Kaisar Napoleon dari Perancis terkenal senang bermain catur dan juga pernah dikalahkan oleh mesin catur The Automaton di Istana raja Prusia. Tetapi salah seorang mantan prajuritnya jauh lebih berhasil di dunia catur dari pada Napoleon.

Alexandre Deschapelles terpaksa keluar dari ketentaraan karena luka yang diperolehnya dan ia beralih menjadi seorang pemain catur yang sukses. Permainannya hanyalah berisi suatu usaha terus-menerus untuk menyerang dan mematkan raja lawan.

Ia tak tertarik pada cara lain untuk menyerang dan ia tak peduli pada pertahanan, suatu hal yang menjadi ciri permainan bagi banyak orang pada zaman itu. Tetapi permainan Deschapelles benar-benar luar biasa, tak ada seorang pun yang sanggup menandinginya, padahal ia biasa memberikan 'voor' sebidak dan dua langkah pada setiap lawan-lawannya!

Akhirnya salah seorang muridnya berhasil mengalahkannya dalam suatu partai dengan diberi 'voor' seperti biasa. Ketika ditantang untuk memainkan suatu partai normal dengannya, Deschapelles menolaknya dan memilih untuk berhenti bermain catur dari pada harus menerima kekalahan. Muridnya itu bernama Louis de la Bourdonnais.

Dengan segera de la Bourdonnais diakui sebagai pemain yang terkuat di Perancis, dan mungkin sekali yang terkuat di daratan Eropa. Pada tahun 1834 diaturlah suatu dwilomba antara de la Bourdonnais dengan pecatur terkuat di Kepulauan Inggris, yakni seorang Irlandia yang bernama Alexander McDonnell.

Dwilomba yang diadakan di London ini dapat dikatakan menandakan permulaan dari catur modern karena untuk pertama kalinya suatu dwitarung antar dua juara catur diatur dan direncanakan secara formal. Selain itu juga untuk pertama kalinya seluruh partai yang dimainkan dicatat dan diterbitkan secara resmi.

Dwilomba ini terdiri dari enam seri dwitarung yang seluruhnya meliputi 85 partai. Dalam dwilomba ini kedua pecatur menampilkan permainan yang tajam di mana keduanya bermain untuk mencari serangan mat. Perbedaan di antara keduanya adalah waktu yang dihabiskan untuk berpikir. De la Bourdonnais bermain dengan inspirasi dan bakatnya dan mampu memainkan langkah-langkahnya dengan cepat. Sebaliknya McDonnell selalu penuh dengan perhitungan dan amat lambat dalam menjalankan langkah-langkahnya.

Saat itu jam catur memang belum dipergunakan sehingga McDonnell punya hak untuk berpikir lama. Dwilomba yang panjang itu berakhir dengan kemenangan Louis de la Bourdonnais yang berhasil menang 45 kali, remis 13 kali, dan kalah 27 kali.

Setelah de la Bourdonnais sukses berkarir sebagai komposer opera, ia pindah ke Inggris dan meninggal di sana pada tahun 1840. Ia dikuburkan di dekat kuburan McDonnell.

Setelah kematian kedua pecatur tangguh itu pecatur-pecatur lain muncul sebagai pecatur terkuat di negaranya masing-masing. Pierre de Saint-Amant adalah pecatur terkuat di Perancis sedangkan Howard Staunton di Inggris. Dwilomba antar kedua pecatur ini pun segera diadakan di London pada tahun 1843. Dalam dwilomba ini Saint-Amant berhasil unggul satu angka atas lawannya.

Kemudian dwilomba yang kedua diadakan di Paris pada tahun yang sama (1843). Dalam dwilomba yang kedua ini disetujui bahwa pemenangnya adalah pecatur pertama yang berhasil memperoleh 11 kemenangan dan ia berhak atas hadiah sebesar 100 poundsterling. Kali ini Staunton yang berhasil memenangkan dwilomba setelah bermain 21 partai. Staunton menang 11 kali, remis 4 kali, dan kalah 6 kali.

Setelah dwilomba ini Staunton dapat dianggap sebagai juara Eropa Barat. Kemudian Staunton masih melakukan dwilomba-dwilomba lain melawan pecatur-pecatur terkuat Eropa. Ia mengalahkan Daniel Harrwitz di London pada tahun 1846 dan kemudian juga mengalahkan Bernhard Horwitz di London pada tahun yang sama.

Howard Staunton, yang merupakan seorang sarjana sastra Shakespeare, juga rajin menulis artikel-artikel catur di dalam The Illustrated London News. Kemudian ia juga menerbitkan majalah catur The Chess Player's Chronicle. Selain menulis tentang catur, ia juga mendesain buah-buah catur (1849), seperti yang kita kenal sekarang ini, yang hingga kini merupakan desain buah catur standar yang digunakan secara resmi.

Jasa Staunton yang lain yang tidak kalah pentingnya adalah diadakannya turnamen internasional modern untuk pertama kalinya dalam sejarah. Jasa-jasa dan permainan Staunton yang mengagumkan ini menyebabkan Fischer menggolongkannya dalam sepuluh pecatur terbesar sepanjang masa. Kini nama Staunton dikenal dalam teori pembukaan:1. d4 f5 2. e4!? Gambit Staunton dalam Pembelaan Belanda.

Staunton merasa bahwa ia adalah pemain yang terkuat di dunia sehingga ia mengorganisasikan suatu turnamen internasional untuk membuktikannya. Turnamen internasional yang pertama kali itu dikenal sebagai The Great Exhibition of London dan diadakan pada tahun 1851. Turnamen itu diikuti oleh 16 pecatur kuat dari Inggris, Perancis, Jerman, dan Hongaria.

Para peserta harus datang dengan biaya sendiri dan membayar uang pendaftaran sebesar 5 poundsterling. Sang juara akan mendapat hadiah sebesar 183 poundsterling. Sistem pertandingannya adalah sistem gugur dengan dwilomba-dwilomba mini pada setiap babaknya.

Staunton demikian sibuknya sebagai panitia sekaligus peserta pada turnamen ini sehingga di luar dugaan ia dikalahkan oleh Adolf Anderssen dari Prusia pada babak ketiga. Anderssen jugalah yang akhirnya memenangkan turnamen ini.

(BERSAMBUNG)

***

Tulisan sebelumnya:

http://pepnews.com/2017/12/23/sejarah-catur-dunia-3-abad-xviii-stamma-dan-philidor/