Trump Akui Jerusalem Ibukota Israel, Ratu Rania Bela Palestina di Twitter

Minggu, 10 Desember 2017 | 05:20 WIB
0
388
Trump Akui Jerusalem Ibukota Israel, Ratu Rania Bela Palestina di Twitter

Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait ingin menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel mendapat kecaman dari berbagai belahan dunia. Trump dianggap telah menyulut kemarahan umat Islam dan menjadi dalang utama pemicu perang dunia ke-3.

Salah satu kritik terhadap pernyataan Trump datang dari seorang perempuan cantik asal Yordania, yaitu Rania Al Abdullah, yang tak lain adalah istri dari Raja Abdullah II. Rania dalam Twitternya mengungkapkan kekesalannya terhadap Trump. Ia melakukan pembelaan terhadap status Jerusalem yang secara sepihak diakui Amerika Serikat (AS) sebagai Ibu Kota Israel.

“Hari ini kita meratapi hilangnya lebih banyak pahlawan Jerusalem, yang menyerahkan hidup mereka untuk membela identitas Arab di kota itu. Semoga Tuhan mengasihani para martir dan melindungi saudara dan keluarga kita di #Jerusalem,” tulis dia di akun Twitter-nya, @QueenRania, seperti dikutip PepNews.com, Sabtu 9 Desember 2017.

[irp posts="5461" name="Donald Trump Cemas atas Bersatunya Fatah dan Hamas"]

Dengan nada kesal, perempuan berdarah Palestina itu mengajak seluruh masyarakat Jerusalem untuk berdiri dan bersatu dalam solidaritas Jerusalem dan identitas Arab, untuk menunjukkan betapa hubungan antara Jerusalem dan Palestina begitu kuat.

“Hari ini orang Yordania berdiri bersatu dalam solidaritas dengan #Jerusalem dan identitas Arabnya. Sebuah sikap tegak yang menekankan hubungan kuat antara Yordania dan Palestina,” tulisnya.

Ia berpendapat, tak akan ada keputusan politik yang bisa merusak hubungan dan kesucian Yerusalem jika semua golongan berdiri dalam satu suara menentang pernyataan Trump yang akan memicu pertikaian.

“Tidak ada keputusan politik yang bisa merusak kesucian #Jerusalem dan apa artinya jutaan orang Arab, Muslim dan Kristen di seluruh dunia,” tambah dia.

Sementara, duta besar Yordania di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sima Bahous mengatakan penolakan terhadap keputusan Trump. Keputusan itu dianggap pelanggaran terhadap hukum internasional.

Bahous juga mengatakan, negaranya saat ini tidak lagi percaya pada setiap keputusan yang dikeluarkan PBB. Sebab, kata dia, keputusan itu itu diambil secara sepihak oleh AS yang sebenarnya menyalahi aturan inti dari PBB sendiri.

”Kerajaan (Yordania) percaya bahwa setiap keputusan sepihak untuk membangun situasi baru di lapangan tidak berlaku lagi,” kata Bahous.

Bahous menilai, keputusan Trump dapat memperburuk situasi di Jerusalem serta membuat ketegangan yang berdampak pada terjadinya konfrontasi antar orang-orang yang berasal dari berbagai agama yang menetap di kota itu.

[irp posts="5376" name="Inilah Pidato 11 Menit Donald Trump Yang Bangkitkan Amarah Dunia!"]

Ia juga khawatir jika Trump tidak segera menarik pernyataan tersebut, dampaknya akan membahayakan keberadaan kota Jerusalem. Sebab, lanjut dia, Jerusalem harus diakui sebagai Ibu Kota Negara Palestina.

”Tidak akan ada keamanan atau stabilitas tanpa penyelesaian yang membawa keadilan kepada rakyat Palestina,” katanya. ”Perlindungan Jerusalem dan tempat-tempat suci untuk semua agama harus menjadi prioritas,” ujar Bahous.

Diketahui, Yordania adalah negara yang memiliki hak secara kenegaraan untuk menjaga dua situs suci Muslim dan Kristen, meliputi penjagaan situs suci Muslim, termasuk Masjid Al-Aqsa, kepada Palestina.

Namun, atas pengakuan Trump tersebut, Yordania melakukan protes keras. Negara kerajaan itu berkomitmen untuk tetap menjadikan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.

***