Masih ingat lagu "Wakil Rakyat" karya musikus Iwan Fals yang dinyanyikannya sendiri? Begini sepotong liriknya yang merupakan coda aluas ekor lagu itu; Wakil rakyat seharusnya merakyat/Jangan tidur waktu sidang soal rakyat/Wakil rakyat bukan paduan suara/Hanya tahu nyanyian lagu "setuju".
Menurut catatan Wikipedia, Wakil Rakyat adalah judul album dari Iwan Fals. Album ini beredar pada tahun 1987. Bagoes A.A bertanggungjawab atas tata musik agar lagu itu lebih menarik.
Album ‘Wakil Rakyat’ meledak dipasaran menjelang pemilihan umum (pemilu) 1987. Lagu 'Surat Buat Wakil Rakyat' mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur pada waktu sidang. Lagu ini menjadi perjuangan Iwan Fals untuk mengatakan bahwa tidur dalam sidang sama saja menghina pejabat negara. Lagu ‘Wakil Rakyat’ bahkan sempat kena cekal. Bahkan tidak boleh ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu stabilitas politik.
[irp posts="3580" name="Siapa Bakal Calon Wapres untuk Jokowi dan Prabowo?"]
Itu dulu. Saat tahun 80an. Bagaimana dengan sekarang? Sama saja. Masih ada aja wakil rakyat yang terhormat tertangkap kamera dalam berbagai gaya. Ada yang kedapatan menonton vidio porno. Ada juga yang ketahuan mengantuk atau malah ketiduran. Bahkan kadang terlihat banyak kursi kosong. Kecuali paripurna. Semua baru siap siaga dan bangku terisi penuh.
Ya begitulah wakil rakyat. Mereka dipilih bukan dilotre. Tetapi pemilih tidak berwenang untuk meminta tanggungjawab para wakilnya. Kalau melihat anggota DPR mengantuk atau tertidur, paling-paling pemilih hanya mengelus dada sambil mengucapkan istighfar.
Karena sindiran tidak berlaku, akhirnya muncul solusi cerdas dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pak JK berniat mengajukan tawaran kepada wakli rakyat di DPR. Tawarannya tentu saja menguntungkan.
Pertama, membeli alas duduk anti ngantuk yang disebut Alakantuk. Kedua, pengadaannya bisa mendatangkan rezeki bagi pelaksana tender dan pencipta kursi anti ngantuk. Sepertinya usul JK bakal diterima seratus persen!
Pertanyaan yang muncul adalah, apa itu kursi anti-ngantuk? Banyak berita yang heboh gara-gara kursi ini. Kabar dari Antara, kursi anti-ngantuk adalah inovasi dari tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Universitas Brawijaya.
Para pencipta itu antara lain Wahyu Tasry Naufal, Asri Anjasari, dan Prayoga Bintang Primawan. Sang pencipta kursi anti-ngantuk memberi nama Alakantuk. Asal muasal kursi Alakantuk adalah solusi mengurangi kecelakaan akibat supir yang ngantuk.
Sederhananya, kata Prayoga seperti dimuat oleh media mengatakan bahwa kursi Alakantuk berhubungan dengan detak jantung. Jadi, kalau mengantuk 'kan detak jantung menurun. Nah, ini bisa membahayakan supir dan penumpang. Bisa juga membahayakan orang lain di jalanan. Dengan menggunakan sistem getaran, Alakantuk bisa menjaga detak jantung gara stabil dan perjalanan aman sampai tujuan.
“Ketika bergetar maka detak jantung meningkat, aliran darah juga meningkat sehingga jadi lebih fokus dalam berkendara. Selain itu, jika mengantuk pada saat kuliah dengan getaran tersebut bisa lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran dari dosen,” kata Prayoga.
Alkantuk untuk wakil rakyat yang ngantuk
Nah, mendengar ada kursi supercanggih anti-ngantuk, Jusuf Kalla langsung berjanji akan mengubah tujuan kursi Alakantuk. Kalau sebelumnya bertujuan untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas karena faktor manusia yang mengantuk, Pak JK mengalihkannya fungsi kursi Alakantuk menjadi penyelamatan suara rakyat.
Kok bisa? Ya demi menjaga kepentingan rakyat, wakil rakyat harus fokus, konsentrasi tinggi dan semangat tanpa batas. Halangan paling besar upaya penyelematan amanah suara rakyat adalah kantuk yang menyerang wakil rakyat saat bersidang soal rakyat.
Dengan demikian. Kursi Alakantuk akan mengurangi foto dan video yang memperlihatkan anggota DPR mengantuk atau ketiduran saat sidang. Sehingga, kepentingan menyediakan kursi Alakantuk bersifat harus dan genting. Lebih penting menyediakan kusi Alakantuk dari pada membangun gedung DPR.
[irp posts="4912" name="Belajar Kebal Hukum kepada Anggota DPR Viktor Laiskodat"]
Kata pak JK yang dikutip oleh Tempo.co, bagus sekali jika kursi anggota DPR memakai kursi Alakantuk. "Nanti saya minta ke Ketua DPR agar DPR disediakan tempat duduk anti-ngantuk," kata dia saat menyampaikan pidato kunci Seminar Nasional Hilirisasi Teknologi dan Start-Up Bisnis di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Senin, 4 Desember 2017.
Kalau sudah begini. Apa yang ditunggu. DPR harus gesit untuk menyiapkan anggaran belanja untuk pengadaan kursi Alakantuk. Berapa harganya kursi ajaib ini? Menunggu proses hak paten!
Lalu tiga mahasiswa mencari perusahaan untuk bekerjasama. Setelah hitungan pasti, tinggal dikali dengan jumlah anggota DPR sebanyak 560. Atau jumlah anggota DPR paskapemilu 2019 yakni 575 anggota. Kalau kurang banyak, gabungkan dengan jumlah anggota DPRD seluruh Indonesia. Cocok?
Meskipun kena sindir, ini proyek pengadaan juga seperti halnya KTP Elektronik. Pokoknya yang penting ada peluang uang masuk, hajar bleh!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews