Sangat wajar jika pernikahan antara putri Presiden dengan putra keturunan Raja terkesan mewah, atau mewah beneran. Malah yang membuat nggak wajar adalah parade klaim kata “sederhana” yang keluar dari anak buah dan simpatisan Pak Jokowi Siregar.
Apa gunananya klaim itu? Kemewahan dan kesederhanaan 'kan kasat mata, tidak bisa ditutupi. Biar saja dua kata itu sesuai dengan penghilatan masing-masing.
Bagi saya yang rejekinya termasuk pesek, pesta pernikahan baik yang di Solo maupun di Medan tergolong mewah. Bagi yang rejekinya mancung pesta itu nampak sederhana. Simpan saja dalam hati kesan itu. Kalau diucapkan, malah kesannya sombong.
Bayangkan, rakyat yang hidupnya rata-rata pesek kaya saya ini yang terkagum-kagum dengan kemewahan pesta pernikahan itu, eh dibilang itu pesta sederhana. 'Kan sama saja dengan bilang uang seratus juta itu cuma. "Cuma seratus juta rupiah saja!"
Bagi yang rejekinya selalu mancung mungkin saja uang segitu sama dengan seratus ribu rupiahnya orang yang rejekinya pesek.
Juga sangat wajar jika undangan yang datang, baik yang di Solo maupun di Medan adalah tamu undangan yang tergolong tajir. Para pejabat dari berbagai jenisnya. Itu juga unsur kemewahan lain. Walaupun para menteri pada sesi foto bareng duduk di bawah, sementara para istri berdiri di atas, tetap saja mewah.
Seorang menteri baik duduk di atas, maupun di bawah, tetap saja menteri, tidak berkurang sedikitpun kementeriannya. Kompas TV saja yang lebay, pura-pura heran melihat menteri lesehan kaya gitu. Dan itu semua sangat wajar, kok. Cuma yang bikin nggak wajar kalau ada satu atau dua rakyat biasa dengan baju super sederhana, dieskploitasi sedemikian rupa oleh media seolah itulah tamu utama Pak Jokowi Siregar.
Jadi, nggak ada gunanya jualan kata sederhana. Rakyat yang kehidupanya rata-rata pesek kaya saya saja sudah menerima dan ikut gembira dengan kemeriahan pesta itu, kok. Tapi kok malah kegembiraan saya diusik oleh parade klaim kata “sederhana.”
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews