Suyati komedian asal Yogyakarta tahu betul kalau dunia hiburan persaingannya cukup ketat. Sulit diingat masyarakat kalau tidak punya ciri khas. Komedian tugasnya bikin orang tertawa dengan berbagai macam cara, termasuk menertawakan dirinya sendiri. Lalu Suyati menjelma menjadi Yati Pesek.
Nama itu terbukti membawa hoki. Dengan senang hati dia merelakan hidung peseknya dieksploItasi sedemikian rupa. Pesek membawa berkah.
Generasi berikutnya, Nurina Permata Putri entah mengikuti seniornya, Yati Pesek atau punya ide sendiri, juga mengeksploitasi hidungnya yang sebenarnya lebih mancung sedikit dibanding Yati Pesek. Jadilah Nurina menjelma menjadi Rina Nose. Lebih keren dikit, keenglis-englisan. Tapi tetap saja dia merelakan hidungnya jadi bahan tertawaan, baik oleh lawan main atau oleh dirinya sendiri.
Hidung yang juga membawa berkah itu disyukurinya bertahun-tahun. Tidak semua cowok ganteng gandrung pada hidung mancung. Penyanyi cowok asal Brunei konon kepincut dengan kecantikan Rina Nose. Hubungan keduanya rupanya saling menguntungkan bagi karir keduanya. Rina Nose semakin populer.
Sampai pada suatu ketika ada penanya iseng kepada Ustadz Abdul Somad perihal Rina Nose yang melepas jilbab. Kok pertanyaan nggak penting itu ditanyakan kepada ustadz Abdul Somad yang sudah LC, ditambah pula MA. Seorang ustadz pantang tidak menjawab pertanyaan. Menyembunyikan ilmu ancamannya nggak tanggung-tanggung. Neraka.
Ustadz Abdul Somad bukannya nggak tahu ada artis bernama Rina Nose. Artis yang kita tidak kenal pun, barangkali dia tahu juga. Ustadz juga tahu kalau setiap penampilan Rina Nose selalu tertawa senang saat lawan mainnya mem-buly hidungnya, karena punya nilai rupiah yang tinggi. Eh, ini fakta lho.
Ustadz yang juga gemar melucu ini tanpa ragu balik bertanya, "Rina yang pesek itu?"
Pertanyaan yang sudah sangat biasa bagi Rina Nose. Tapi karena yang mengatakan ustadz dan bukan dalam satu panggung pula, sebagai artis yang berpengalaman Rina tahu apa yang harus diperbuat. Merasa dizolimi adalah pilihan sikapnya.
Ternyata pilihan sikapnya itu sangat tepat. Merasa dizolimi mendongkrak namanya. Simpati mengalir. Namanya hampir setiap hari berseliweran di media. Orang-orang yang sudah lama kesal dengan ustadz Abdul Somad pura-pura menjadi pembela Rina, padahal sasaran tembaknya ya Pak Ustadz.
Rina mesti berterima kasih pada masyarakat yang memang gemar mengomentari hal-hal sepele. Masyarakat bukan kurang kerjaan, cuma gara-gara persoalan ini akal dan hatinya seolah-olah pesek.
Bayangkan, dalam urusan perdebatan syariah, nama Rina Nose "disejajarkan" dengan ustadz Abdul Somad, LC.MA. Itulah salah satu keuntungan merasa dizolimi!
Celakanya, akal dan hati saya juga ikut-ikutan pesek sampai saya tidak tahu, kenapa saya ikut-ikutan menulis soal ini. Mungkin gara-gara tadi di kolom komen ada yang nanya.
Hadeeeeeh …
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews