Jika kita ingin mengetahui seberapa besar loyalitas partai-partai pendukung Jokowi, saat-saat menjelang pengumuman bakal Capres dan Cawapres inilah waktu yang paling tepat. Setidaknya, kita bisa melihat partai mana yang tetap berada di barisan Jokowi, dan partai mana yang mencoba peruntungan lain.
Perutungan lain yang dimaksud, mencoba membentuk koalisi baru dengan harapan bisa memenangkan kontestasi Pilpres yang akan datang. Semua itu, sudah barang tentu telah melalui kalkulasi yang matang, misalnya dengan melihat hasil lembaga survei, atau pun dari hasil Pilkada Serentak yang lalu.
Sah-sah saja jika ada partai yang selama ini mendukung Jokowi lantas di Pilpres 2019, membentuk koalisi baru dan menjadi penantang Jokowi.
Hal ini, bisa terjadi karena partai tersebut ingin mendapatkan lebih dari apa yang selama ini didapat dari Jokowi.
Atau, untuk sebuah pembelajaran politik yang baik bagi bangsa ini, dimana semakin banyak pasangan Capres/Cawapres akan semakin baik kualitas demokrasi di Indonesia ini.
Namun, semuanya tentu didasarkan rasionalitas politik yang ada. Tidak semata keinginan mendapatkan kekuasan lebih. Karena, yang dipertaruhkan tidak sedikit, bukan hanya dana yang besar, tetapi juga sumber daya yang memadai. Dan yang lebih penting, kesiapan tidak mendapatkan apa-apa.
Nah, bagi partai yang selama ini loyal, tentu saja tidak akan mencoba untuk keluar dari koalisi Jokowi, dan membentuk koalisi baru, selama apa yang menjadi aspirasinya dalam membangun bangsa dan negara bisa tersalurkan di dalam pemerintahan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews