Sejak awal saya nggak peduli dengan pro kontra Islam Nusantara. Setuju karepmu, ora setuju yo sak karepmu.
Yang penting, kita sama-sama pernah minum Susu Bendera (Frisian Flag) yang katanya malah tidak mengandung susu sama sekali. Masak kalah sama Milkita yang tiga lolinya setara dengan segelas susu! Benarkah ini konspirasi bikinan Yahudi Pantai Gading? Soal susu, kita tanya ke Moslem Siber Kremi saja. Kalau nggak mau ya hubungi Lucinta Luna saja.
Di antara bahan baku memahami konsep Islam Nusantara adalah buku-buku berikut ini;
1. Islam Nusantara karya Gurutta Ahmad Baso
2. Masterpiece Islam Nusantara karya Mas Zainul Milal Bizawie
3. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII-VIII karya Prof. Azyumardi Azra
4. Sejarah Islam Nusantara karya Michael Laffan
5. Nasionalisme dan Islam Nusantara. (Bunga rampai). Editor: Abdullah Ubaid dan Muhammad Bakir
6. Islam Nusantara. (Bunga rampai). Editor: Mas Akhmad Sahal dan Mas Munawir Aziz
7. Kontroversi Islam Nusantara karya Ustadz Faris Khoirul Anam
8. Islam Nusantara dalam Konteks Multikulturalisme karya Mas Syafiq Hasyim
9. Mahakarya Islam Nusantara karya Ustadz Ahmad Ginanjar Sya'ban
10. Warisan Intelektual Ulama Nusantara karya Ustadz Fauzi Ilyas.
11. Atlas Walisongo, karya Pak Agus Sunyoto
12. Sejarah Hukum Islam Nusantara abad XIV-XIX karya Mas Ayang Utriza
13. Ulama-Ulama Nusantara yang Berpengaruh di Negeri Hijaz karya Mas Amirul Ulum
14. Al-Jawi al-Makki: Kiprah Ulama Nusantara di Haramain karya Mas Amirul Ulum
15. Ensiklopedi Ulama Nusantara karya Pak Bibit Suprapto
16. Mushaf Nusantara: Sejarah dan Variannya, karya Mas M. Solahuddin
17. Tradisi Pesantren, karya Pak Zamakhsyari Dhofier
18. Membaca Sejarah Nusantara: 25 Kolom Sejarah Gus Dur, karya KH. Abdurrahman Wahid
19. Direktori Edisi Naskah Nusantara. Edi S. Ekadjati (Penyunting)
20. Naskah Klasik Keagamaan Nusantara: Cerminan Budaya Bangsa. jilid 1 dan 2 (Depag)
21. Merajut Kenusantaraan Melalui Naskah. Karya Muhammad Ardiansyah dan Qomarus Soleh.
22. Inskripsi Islam Nusantara.: Jawa dan Sumatera. (Puslitbang Depag)
23. Ragam Ekspresi Islam Nusantara. (Penerbit Gatra)
24. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual di Indonesia, karya Nor Huda
25. Nalar Islam Nusantara, karya (embuh rek. Aku lali)
26. Pesantren Studies. Beberapa jilid. Karya Mas Ahmad Baso
27. Naskah-Naskah Skriptorium Pakualaman. Karya Sri Rama
28. Menusantarakan Islam karya Pak Aksin Wijaya
29. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia karya Mas Moeflich Hasbullah.
30. Buku Pintar Islam Nusantara karya Mas Muhammad Sulton Fatoni.
31. Dan banyak lain.
Buku-buku di atas hanya sekian persen dari ratusan, bahkan ribuan buku yang berkaitan dengan konsep Islam Nusantara. Saya belum mencantumkan:
1. Buku-buku mengenai kerajaan/kesultanan Islam di Nusantara yang meliputi sejarah para raja, perkembangan politik-sosial-intelektual- militer, maupun biografi dan hagiografi para tokoh di dalamnya.
2. Biografi para ulama dalam kurun 6 abad terakhir. Baik para ulama yang sudah masyhur (Walisongo, Syekh Yusuf Maqassary, Syekh Arsyad Banjari dll), maupun ulama-ulama yang belum begitu masyhur di khalayak tapi memiliki kontribusi bagi umat. Termasuk biografi para ulama pengasuh pesantren/surau/madrasah/meunasah yang punya andil dalam memperkokoh pendidikan Islam.
[irp posts="16119" name="Dalam Islam Politik Kesederhanaan Bukan Tuntutan, Bukan Kebutuhan"]
Biografi ulama-ulama lokal ini biasanya diterbitkan oleh lembaga yang bersangkutan. Dalam 4 tahun terakhir ini, saya sudah mulai mengumpulkan buku-buku biografi ulama-ulama daerah. Jika disusun, kemudian ditarik benang merahnya, llau dirapikan kepingan-kepingan keteladanan mereka niscaya akan membentuk semacam puzzle ulama Nusantara yang memiliki cirikhas masing-masing.
3. Buku-buku karya ulama Nusantara dalam kurun 5 abad terakhir, dari Tarjuman al-Mustafid karya Syekh Abdurrauf Assnikily, Sabilul Muhtadin karya Syekh Arsyad Al-Banjari, hingga karya ulama kontemporer Indonesia yang berbahasa Arab, Indonesia maupun berbahasa daerah.
4. Karya-karya yang mengupas secara detail berbagai karya ulama Nusantara tersebut, sekaligus memberikan ulasan mengenai perjuangan muallifnya. Misalnya Mas Zainul Milal Bizawie yang mengangkat kembali pamor keulamaan Kiai Mutamakkin, ulama oposan di abad 18, dan karya-karyanya.
Juga, buku mengenai Kiai Ahmad Rifai yang ditulis oleh Pak Ahmad Adabi Darban, "Rifa’iyah: Gerakan Sosial Keagamaan di Pedesaan Jawa Tengah Tahun 1850-1982”.
Dan seterusnya. Cari sendirian. Capek ngetik pake hape. Hahaha.
Saya sampe sekarang tidak peduli tuduhan Islam Nusantara itu proyek liberal atau apalah, wong saya banyak merasakan manfaat dari teman-teman muda yang selama ini fokus pada kajian Islam Nusantara, khususnya pada kajian filologi dan "pengokohan kembali" identitas muslim Nusantara.
Misalnya, Mas Nanal Ainal Fauz dengan lembaga Turats Ulama Nusantara, Ajengan Ahmad Ginanjar Sya'ban dengan Islam Nusantara Center, Mas Ayunk Notonegoro dengan Komunitas Pegon, Mas Amirul Ulum dengan Ulama Nusantara Center-nya, juga Mas Ichwan dan Kiai Inamuz Zahidin Masyhudi dengan KOPISODA (Komunitas Pecinta Kiai Soleh Darat) yang secara rutin mengaji karya Kiai Soleh Darat dan mendiskusikan karya beliau melalui WA.
Demikianlah jika Bakoel Boekoe sedang melakukan propaganda terselubung. Berhati-hatilah jika tiba-tiba anda tertarik mengkaji babakan keilmuan ini, apalagi tertarik memborong buku-buku di atas. Waspadalah...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews