Penghitungan cepat (quick count) sementara Pilkada Serentak 2018, telah menggambarkan hasil yang cukup menarik untuk disimak. Ada 5 propinsi yang bisa dijadikan indikator kekuatan suara untuk Pilpres 2019 nanti. Provinsi-provinsi dengan suara cukup lumayan itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Dari 5 provinsi itu, hanya di Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan yang dimenangkan oleh pasangan yang diusung PDIP sebagai pendukung utama Joko Widodo atau Jokowi. Tiga provinsi lainnya, dimenangkan partai-partai koalisi Jokowi, ditambah partai pedukung Prabowo Subianto.
Apa yang terjadi di Jawa Barat memang sudah diprediksi, di mana kekuatan PKS masih tetap solid mendukung pasangan yang diusung partainya, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Namun, pasangan lainnya (selain Demokrat), masih dikuasai partai-partai yang saat ini mendukung Jokowi.
Dengan kata lain, sebagai pendukung utama Jokowi, PDIP tak punya basis suara yang kuat. Artinya, bisa jadi koalisi yang selama ini mendukung Jokowi akan membentuk koalisi baru untuk Pilpres 2019.
Atau, partai-partai tersebut tetap mendukung Jokowi, namun mereka akan meminta lebih karena kekuatannya sudah dibuktikan di Pilkada 2018.
Lantas bagaimana dengan kekuatan Gerindra, PKS, dan PAN. Secara hitung-hitungan, Koalisi Prabowo itu masih kalah dari partai-partai yang selama ini mendukung Jokowi. Jika Prabowo jeli, maka bisa saja Prabowo mengajak partai-partai di kubu Jokowi untuk menyeberang di kubunya diPilpres 2019 nanti.
Bagaimana pun, antara Pilkada dan Pilpres adalah dua hal yang berbeda. Karena yang dipilihnya juga sosok atau figur yang berbeda. Jokowi masih tetap menjadi magnet. Waktunya tinggal setahun, jika Jokowi bisa memanfaatkannya, maka bukan tidak mungkin rakyat akan kembali memilihnya. Namun, jika "serangan" Oposisi makin membuat Jokowi tak berkutik, maka lupakanlah periode kedua.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews