Amien Kerap Beri Bantuan Jokowi dalam Mengakses Peta Perlawanan

Kamis, 26 April 2018 | 17:12 WIB
0
548
Amien Kerap Beri Bantuan Jokowi dalam Mengakses Peta Perlawanan

Media sosial diramaikan pertemuan "diam-diam" antara Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni 212 di sebuah tempat di Bogor yang belakangan diketahui di Istana. Artinya, para alumnus 212 itu hadir memenuhi undangan Presiden Jokowi.

Seperti biasa, prok-kontra berhamburan. Mereka yang masih ingin Jokowi banyak musuhnya langsung pakai jurus "nyinyir" dengan mengatakan sebagai upaya Jokowi "menaklukkan" lawan-lawan politiknya yang dianggap berbahaya. Yang pro Jokowi relatif diam saja sambil senyam-senyum di ujung jalan.

Jokowi ini dilahirkan bukan dari situasi konflik, sebagai politisi ia lahir saat situasi sudah stabil. Jadi karakter paling khas dari psikologi seorang politisi yang lahir adalah penerimaannya yang tinggi dalam politik kooptasi, untuk memperbesar jangkauan keterpilihannya.

Inilah kenapa model-model Amien Rais tidak akan bisa meruntuhkan Jokowi dengan cara-cara komentar yang khas 1998. Jokowi ini punya talenta meningkatkan jumlah pemilih, dari 40% ke 90%.

Amien Rais juga sudah terlalu tua memahami perkembangan zaman, ia besar di tahun 1980-an saat pemerintahan sangat tiranik, sehingga bahasa bahasa Amien Rais adalah bahasa kaum oposan di rezim penindas.

Sementara sekarang Jokowi dipandang publik bukan rezim otoriter, tapi pemimpin yang amat populer di depan rakyatnya. Ia amat populis bahkan lawan politiknya kerap terjebak pada nuansa populisme Jokowi. Bahkan secara tidak langsung Amien Rais kerap memberikan bantuan tak sengaja bagi Jokowi dalam mengakses peta perlawanan. Bahasa-bahasa Amien Rais yang konfrontatif akan membuka jaringan-jaringan mana yang bisa dikooptasi Jokowi secara politis dan berubah menjadi loyalis paling kuat.

 

Bila politik kooptasi Jokowi dilakukan dengan cara efektif, maka sampai September 2018 diperkirakan survey-nya bisa saja menyentuh angka 60%.

Sampai berakhirnya bulan April ini, lawan sama sekali tidak ada yang mampu menandingi popularitas Jokowi, mereka bahkan cenderung duduk diam dan terlihat malas untuk melakukan jalinan afiliasi-afiliasi politik. Bahkan ada beberapa calon yang dibilang kuat, Partai-pun tidak punya. Sementara di titik paling ekstrim, PKS sudah menjalin komunikasi, dan ini diakui oleh Ahmad Heryawan alias Aher.

Jadi semakin suara keras mengarah ke Jokowi, semakin rawan suara itu dikooptasi Jokowi, dan Jokowi dinilai punya kecerdasan potensi lawan yang bisa dijadikan loyalis, atau mereka yang mendekat ke Jokowi tapi berpotensi sebagai Brutus, karena karakter Brutus seorang politisi bisa dilihat secara lugas pada rekam jejak politik.

Dan Brutus ini sekarang teriak-teriak meninju rembulan soal sepeda motor...

***

Editor: Pepih Nugraha