Media sosial diramaikan pertemuan "diam-diam" antara Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni 212 di sebuah tempat di Bogor yang belakangan diketahui di Istana. Artinya, para alumnus 212 itu hadir memenuhi undangan Presiden Jokowi.
Seperti biasa, prok-kontra berhamburan. Mereka yang masih ingin Jokowi banyak musuhnya langsung pakai jurus "nyinyir" dengan mengatakan sebagai upaya Jokowi "menaklukkan" lawan-lawan politiknya yang dianggap berbahaya. Yang pro Jokowi relatif diam saja sambil senyam-senyum di ujung jalan.
Jokowi ini dilahirkan bukan dari situasi konflik, sebagai politisi ia lahir saat situasi sudah stabil. Jadi karakter paling khas dari psikologi seorang politisi yang lahir adalah penerimaannya yang tinggi dalam politik kooptasi, untuk memperbesar jangkauan keterpilihannya.
Inilah kenapa model-model Amien Rais tidak akan bisa meruntuhkan Jokowi dengan cara-cara komentar yang khas 1998. Jokowi ini punya talenta meningkatkan jumlah pemilih, dari 40% ke 90%.
Amien Rais juga sudah terlalu tua memahami perkembangan zaman, ia besar di tahun 1980-an saat pemerintahan sangat tiranik, sehingga bahasa bahasa Amien Rais adalah bahasa kaum oposan di rezim penindas.
Sementara sekarang Jokowi dipandang publik bukan rezim otoriter, tapi pemimpin yang amat populer di depan rakyatnya. Ia amat populis bahkan lawan politiknya kerap terjebak pada nuansa populisme Jokowi. Bahkan secara tidak langsung Amien Rais kerap memberikan bantuan tak sengaja bagi Jokowi dalam mengakses peta perlawanan. Bahasa-bahasa Amien Rais yang konfrontatif akan membuka jaringan-jaringan mana yang bisa dikooptasi Jokowi secara politis dan berubah menjadi loyalis paling kuat.
Bila politik kooptasi Jokowi dilakukan dengan cara efektif, maka sampai September 2018 diperkirakan survey-nya bisa saja menyentuh angka 60%.
Sampai berakhirnya bulan April ini, lawan sama sekali tidak ada yang mampu menandingi popularitas Jokowi, mereka bahkan cenderung duduk diam dan terlihat malas untuk melakukan jalinan afiliasi-afiliasi politik. Bahkan ada beberapa calon yang dibilang kuat, Partai-pun tidak punya. Sementara di titik paling ekstrim, PKS sudah menjalin komunikasi, dan ini diakui oleh Ahmad Heryawan alias Aher.
Jadi semakin suara keras mengarah ke Jokowi, semakin rawan suara itu dikooptasi Jokowi, dan Jokowi dinilai punya kecerdasan potensi lawan yang bisa dijadikan loyalis, atau mereka yang mendekat ke Jokowi tapi berpotensi sebagai Brutus, karena karakter Brutus seorang politisi bisa dilihat secara lugas pada rekam jejak politik.
Dan Brutus ini sekarang teriak-teriak meninju rembulan soal sepeda motor...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews