Tuduhan "Antek Asing" begitu masif dilontarkan oposan (bukan oplosan) kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi, hingga membuat citra Jokowi sebagai 'Antek Asing' begitu kuat tertanam di benak rakyat.
Dengan begitu, rakyat mulai dinostalgiakan dengan semangat Bung Karno, yang merupakan figur Presiden RI yang dikenal dengan anti-Asing. Semua itu adalah jualan politik, dan semua pun tahu siapa sosok yang 'digambarkan' seperti Bung Karno.
Kini, ketika pertarungan politik akan kembali digelar, citra "Antek Asing" itu masih merupakan jualan politik yang begitu 'kriuk-kriuk' seperti krupuk yang siap untuk dinikmati.
Namun, apakah mereka salesman yang begitu mudah melupakan cara berjualan? Entahlah, mungkin karena teralu banyak "ngoceh" sehingga lidah pun kadang terlilit dengan jargonnya sendiri.
Setidaknya, ada tiga partai politik yang membandingkan Presiden Jokowi dengan beberapa tokoh dunia.
Partai Gerindra, seperti yang dikutip Detik.com, melalui Wakil Ketua Umumnya Fadli Zon menyatakan, Indonesia jangan lagi dimpimpin seseorang plonga plongo dan butuh sosok yang seperti Vladimir Putin. Begitu juga, PKS melalui Mardani Ali Sera yang membanggakan Presiden Turki Erdogan ketika menanggapi Fadli Zon.
Tak mau dibilang kalah, Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, menokohkan Lee Kuan Yew (eks Perdana Menteri Singapura), yang dipandangnya memiliki karakter pemimpin ideal untuk Indonesia, amanah dan memegang identitas bangsa.
Lantas, apa bedanya oposan itu dengan tuduhan "Antek Asing" yang selama ini begitu masif dilontarkan kepada Pemerintahan Jokowi? Kalau ternyata di benak mereka sudah terlihat begitu jelas sosok idolanya yang sernyata orang asing juga. Jangan-jangan, mereka-mereka inilah yang justru sama-sama antek asing!
Mungkin bukanlah hal yang aneh jika Fadli Zon megidolakan Presiden Rusia Vladimir Putin. Untuk urusan Rusia, sepertinya Fadli Zon sudah begitu kental. Bahkan, ketika mahasiswa saja, Fadli Zon mengambil Sastra Rusia di UI. Belum lagi, jika ditelusuri, foto-fotonya di sosial media yang banyak menggambarkan dirinya begitu 'mencintai' Rusia.
[irp posts="13023" name="Fadli Zon Bilang Pernyataan Prabowo Indonesia Bubar sebagai Peringatan"]
Saya yakin, Fadli Zon mengetahui bahwa justru Bangsa Rusia (dahulu Uni Soviet) begitu menghormati Indonesia melalui sosok Bung Karno. Betapa tidak, Tahun 1961, pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet, Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow.
Namun, Bung Karno mengatakan bahwa dirinya baru bisa memenuhi undangan tersebut jika Khrushchev sudah menemukan makam Imam Al Bukhari. Jika belum ditemukan, maka Bung Karno tak akan datang ke Soviet. Dan, Bung Karno sendiri ternyata bukanlah seorang yang anti-Asing.
Nama Indonesia sudah begitu besar di mata dunia. Hingga saat ini pun, suara Indonesia masih dihormati dunia. Lalu, mengapa ada segelintir politikus di Tanah Air justru merendahkannya hanya untuk sebuah ambisi?
Eitsss..... tunggu dulu! Fadli Zon itu tidak pernah salah. Pernah dengar 'kan selentingan kalau diam-diam Putin, Erdogan dan Lee itu sudah menjadi warga negara Indonesia lewat naturalisasi di tubuh PSSI?
Nah, ini otomatis membantah anggapan bahwa Fadli Zon itu antek asing yang sesungguhnya!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews