Prabowo Pintar, Tapi Kurang Cantik Main Saat Menggauli Fiksi

Rabu, 28 Maret 2018 | 08:16 WIB
0
646
Prabowo Pintar, Tapi Kurang Cantik Main Saat Menggauli Fiksi

Kalau benar Prabowo memilik IQ 152, tentu patut bersyukur punya tingkat kepintaran "super". Tak banyak orang di negara ini memiliki IQ (Intellegent Quotient) sebegitu tinggi. Ini bisa jadi modal yang mumpuni untuk melakukan banyak hal. Namun, bila tak cantik main, punya IQ tinggi bisa jadi bumerang citra diri.

Untuk mengetahuinya tingkat IQ harus melalui serangkaian metode test psikologi terhadap orang tersebut yang dilakukan oleh ahli dan lembaga psikologi yang kredibel.

Hasil score suatu hitungan kecerdasan digolongkan menurut tingkatan kecerdasan atau semacam "kasta kecerdasan". Penggolongan ini menjadi petanda "nilai" hebat atau tidaknya seseorang dimata publik -seandainya score IQ itu menjadi konsumsi publik.

Adapun 6 kasta kecerdasan, yakni ;

Pertama, score 70 sampai 79 = digolongkan tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental.

Kedua, score 80 sampai 90 = Digolongkan tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal).

Ketiga, score 91-110 = Digolongkan tingkat IQ normal atau rata-rata.

Keempat, score 111 - 120 = Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal).

Kelima, score 120 - 130 = digolongkan tingkat IQ superior

Keenam, score 131 atau lebih = Digolongkan tingkat IQ sangat superior atau jenius.

Dengan IQ 152, berarti memang Prabowo tergolong Jenius atau superior. Tapi kenapa Prabowo blunder di fiksi terkait Indonesia Bubar 2030? Atau, sengaja melakukannya demi agenda politis tertentu?

Wacana Indonesia Bubar tahun 2030 telah menciptakan reaksi publik yang heboh. Bagai ledakan mortir, pecahannya tersebar ke segela arah, tak terkecuali pada Prabowo sendiri. Apakah Prabowo sudah memperhitungkan akan mengarah pada dirinya? Seberapa lengkap perhitungannya?

Ketika pecahan ledakan itu terjadi, hal yang menggenaskan adalah "rusaknya" citra diri Prabowo sebagai orang pintar ber-IQ super. Sejumlah kalangan yang membela Prabowo mencoba memberikan pembelaan atau me-rasionalitas-kan fiksi Prabowo tersebut. Namun itu justru membuat mereka makin tengelam dalam irasionalitas ditengah opini publik dan alam demokrasi kekinian.

Fiksi Indonesia Bubar 2030 mencerminkan sikap pesimis di tengah arus optimis rakyat yang sedang membangun masa depan diri dan negara ini. Tentu saja ini trend positif yang harus terus dijaga dan bahkan didukung oleh para pemimpin, baik yang masuk dalam struktur pemerintahan (rezim) maupun yang berada diluarnya.

Pemimpin yang bijak, tentu harus menjadi lokomotif bagi gerbong optimis dalam situasi terburuk sekalupun! Lalu, kalau seorang pemimpin sudah pesimis, bagaimana nasib rakyat? Layakkan orang tersebut menjadi pemimpin? Disinilah blunder Prabowo. Dia membawa arus pesimistik ke dalam ruang publik yang sensitif dan serba terbatas dalam hal memahami politik tingkat tinggi.

[irp posts="13152" name="Antara Novel Ghost Fleet" dan Film Rambo Rasa Tiongkok"]

Sebenarnya kalau mau bermain cantik, Fiksi referensi Prabowo itu diolah lagi menjadi Fiksi baru yang lebih optimistik. Hasil olahan tersebut harus berbentuk sesuatu yang bisa dinikmati publik sebagai inspirasi dan pembelajaran, dengan tidak mengesampingkan sikap hati-hati (early warning).

Salah satu bentuk olahan yang bisa dibuat adalah Filem layar lebar. Filem itu bisa berupa Anti-tesis terhadap Fiksi Ghost Fleet-Indonesia Bubar yang pernah Prabowo baca. Tema filem itu merupakan perlawanan terhadap Indonesia Bubar.

Prabowo tinggal memikirkan konsep besarnya kemudian dibawa ke orang-orang perfileman untuk diolah secara cinematik. Tentu saja sosok Prabowo sebagai si pemikir besar harus terlihat dan dirasakan publik. Dengan begitu, Prabowo turut membangun sikap optimistik rakyat dan memperingatkan "Bahaya Bubar". Hal ini sekaligus menjadi kampanye diri Prabowo sebagai pemimpin besar negeri ini. Pencitraan positifnya terbangun, popularitasnya meningkat, dan bikin bangga seluruh anak negeri ini.

Fiksi Indonesia Bubar harus dijawab dengan Fiksi (Filem), bukan dengan penciptaan hantu yang menakutkan seolah-olah nyata. Publik jangan dibawa ke dunia fiksi yang menjauhkan mereka pada realitas yang sedang mereka bangun.

Katanya berani mati demi negeri ini? Jangan mati, aah....bikin Filem aja dulu, om...biar bisa jadi hero kayak Rambo yang berani mati tapi tak mati-mati, malah menghibur orang banyak!

Deal?

***