Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Pilih antara Jokowi dan Prabowo

Sabtu, 24 Februari 2018 | 22:12 WIB
0
1132
Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Pilih antara Jokowi dan Prabowo

Eufora Pilpres 2019 menjadi daya tarik sebagian besar Lembaga Survei dan beberapa Lembaga Survei itu telah melaporkan hasil surveinya di media. Joko Widodo alias Jokowi sudah pasti menjadi calon presiden setelah PDIP secara resmi mencalonkannya pada Rakernas PDIP III kemarin di Denpasar Bali.

Semua hasil survey menunjukan Jokowi adalah calon terkuat dibanding dengan calon-calon lainnya yang disandingkan oleh berbagai Lembaga survey. Hanya Prabowo saja yang masih memiliki kans untuk bersaing dengan Jokowi pada pilpres 2019 tahun depan. Apakah pilpres 2019 nantinya kembali terjadi seperti di pilpres 2014 yaitu persaingan antara dua kubu tersebut? Kita tunggu dengan sabar di tengah perkembangan politik yang selalu dinamis.

Yang menarik Hasil survei Media Survei Nasional (Median) 1-9 Februari 2018 yang telah dirilis 22 Februari 2018 kemarin bahwa ternyata tingkat pendidikan mempengaruhi pilihan yang akan dipilih pada pilpres 2019. Responden berpendidikan rendah lebih memilih Jokowi sementara semakin tinggi pendidikannya lebih memilih Prabowo.

Dari responden yang mengaku tidak tamat SD, terdapat 40,9 persen memilih Jokowi. Lalu, dari responden yang mengaku tamatan SD, sebesar 39 persennya juga menjatuhkan pilihan ke Jokowi. Basis pemilih Jokowi semakin kecil di tingkat pendidikan SMP (37,4 persen), SMA (27 persen), S1 (13,7 persen) dan S2/S3 (10 persen).

Dari angka-angka yang didapat Jokowi berbanding terbalik dengan yang didapat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sebagian besar basis pemilih Prabowo justru dari kalangan berpendidikan tinggi. Responden yang mengaku lulusan S2/S3 dan memilih Prabowo sebesar 40,0 persen. Lalu, dari responden yang mengaku tamatan S1, sebanyak 34 persennya juga menjatuhkan pilihan ke Prabowo.

Basis pemilih Prabowo semakin kecil di tingkat pendidikan SMA (25,1 persen), SMP (22,8 persen), SD (21 persen), dan tidak tamat SD (13,7 persen).

Banyak pemilih Jokowi dari kalangan berpendidikan rendah karena tertarik dengan kepribadian Jokowi yang merakyat dan sederhana, ini membuktikan bahwa daya tarik penampilan lebih dipilih tanpa mau mencari info program yang akan dilaksanakan, mudah di iming-imingi janji.

Sementara, para pemilih dari kalangan pendidikan tinggi tak hanya menilai dari sosok personal atau citra semata, tapi juga terkait kinerja dan kebijakannya. Mereka lebih suka bicara program dan tidak mudah dirayu dengan janji-janji manis, karena golongan ini lebih cerdas untuk berdemokrasi. Pencitraan tak lagi efektif bagi kalangan yang berpendidikan, mereka lebih rasional untuk menentukan pilihannya.

[irp posts="11086" name="Prabowo Subianto Yang Sudah Mulai Turun Gunung"]

Jika dilihat basis pemilih maka bisa disimpulkan bahwa wilayah pedesaan adalah basis pemilih Jokowi sementara wilayah perkotaan adalah basis pemilih Prabowo. Jadi wajar bila Jokowi adalah calon terkuat untuk pilpres 2019 nanti karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah di wilayah pedesaan yang sebagian besar berpendidikan rendah.

Sementara orang-orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak tinggal di kota. Kalau nggak percaya adakah universitas yang dibangun di hutan belantara? Pastinya minimal dekat dengan perkotaan. Terus ditambah program pemerintah untuk menggalakkan sarjana kembali ke desa sampai saat ini belum berhasil.

Apakah anda termasuk pemilih cerdas? Coba tanyakan kepada diri anda sendiri, jika mampu menjawabnya berarti anda termasuk orang-orang yang cerdas... heehe...

***

Editor: Pepih Nugraha