Aksi Bela Simbol, Balada "Kartu Kuning" Zaadit Taqwa

Selasa, 6 Februari 2018 | 07:43 WIB
0
485
Aksi Bela Simbol, Balada "Kartu Kuning" Zaadit Taqwa

Pergerakan mahasiswa yang dinilai melempem setelah pilpres 2014 tentu banyak penyebabnya. Satu hal yang nampak dari luar, ada kelompok mahasiswa yang pro pemerintah, ada juga kelompok yang kritis terhadap pemerintah. Mulai nampak pada Aliansi Mahasiswa Jambore Nasional Independen (AMJI) bulan Pebruari 2017.

Pak SBY kebagian jatah didemo sejumlah mahasiswa peserta jambore yang datang menggeruduk rumah pribadinya.

12 Januari 2017. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia melakukan aksi Bela Rakyat 121 yang digelar di depan Istana. Tapi berakhir dengan anti klimaks. Berakhir dengan nota kesepahaman tulisan tangan yang diajukan mahasiswa dengan 4 tuntutan dan tanda terima Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Teten Masduki. Selanjutnya nggak jelas nasib 4 tuntutan itu.

[irp posts="9741" name="Balada Kartu Merah Fahri Hamzah"]

Setelah hening dari hingar bingar, tiba-tiba publik dikagetkan oleh aksi solo Zaadit Taqwa, Ketua BEM UI. Aksi yang dikenal dengan aksi kartu kuning cukup bikin heboh. Aksi Zaadit tergolong nekad. Mengacungkan kartu kuning pada Presiden Jokowi.

Aksi Zaadit menuai pujian dan kritikan. Kritikan juga datang dari kelompok mahasiswa yang pro pemerintah. Pujian tentu saja datang dari kelompok yang bersebarangan dengan Pemerintah.

Aksi Zaadit adalah kekuatan demo menggunakan simbol. Hasilnya lebih dahsyat dari aksi kerumunan dengan membakar ban.

Pada waktu marak demo pada masa pemerintahan SBY, aksi menulis kerbau dengan tulisan "Sibuya" yang bikin SBY bikin pernyataan kekesalannya. Aksi orasi sampai tengorokan serak sebelumnya seakan tidak sampai ke telinga SBY. Itulah kekuatan simbol.

Di medsos yang tidak pernah sepi dari hingar bingar, mulai diramaikan pro dan kontra Zaadit Taqwa. Sekilas nampak yang pro dan kontra berimbang, bahkan cenderung yang kontra lebih banyak sedikit. Mungkin ada yang bertanya, emangnya MCA pada ke mana? Secara sekilas, sebagian rekan-rekan MCA nampak kurang bergairah memposisikan diri di barisan pro kartu kuning.

Atau barangkali ada salah pehamaman dalam memahami makna kartu kuning ala Zaadit. Ada yang menafsirkan, kalau kartu kuning sama dengan masih meragukan komitmen menolak 2 priode. Seolah masih ragu-ragu. Mendukung kartu kuning dianggap seolah mundur dari komitmen menolak 2 priode.

[irp posts="9708" name=" Tritukarning" Minus Dua, Tritura Jaman Now Gaya Anak UI"]

Padahal saat dua kubu yang terang-terangan berseberangan, sudah pasti satu kubu berpegang teguh pada 2 priode harga mati, satu kubu berpegang teguh pada 1 priode harga mati. Itu sudah tidak bisa ditawar.

Dalam mengolah isu kartu kuning Zaadit mesti dilihat dari sisi simbol. Simbol perlawanan. Bukan dengan tafsir aksi itu. Kalau ditafsirkan dengan aksi itu, hanya ada tiga tuntutan dari Zaadit.

Aksi bela kartu kuning adalah aksi bela simbol perlawanan. Membiarkan kartu kuning di-bully habis di medsos akan melemahkan perlawanan, juga akan melemahkan sikap kritis mahasiswa pada pemerintah.

Silakan direnungkan!

***

Editor: Pepih Nugraha