Agama Tidak Penting

Minggu, 24 Desember 2017 | 05:27 WIB
0
189
Agama Tidak Penting

Ada yang mengatakan, kata-kata adalah cerminan jiwa. Setiap apa yang kita katakan akan membekas di telinga yang mendengarnya. Baik kata baik, maupun buruk.

Karena itu, nasihat pertama adalah; jagalah mulutmu. Jangan sampai lepas dari wajahmu. Karena akan mengerikan. Apalagi jika menyangkut orang lain. Karena tidak penting menjadi orang suci dan masuk sorga, karena itu tak bakalan didapatkan dengan menista orang lain.

Apakah agamamu menjamin perilakumu baik? Tidak. Kita lihat dulu pikiranmu, pernyataanmu, dan perbuatanmu, yang berdampak pada orang lain. Semua lebih pada pertimbangan, ngapain hidup di dunia ini, sekarang ini.

[irp posts="5390" name="Manusia Lintas Agama"]

Apalagi jika hanya untuk menunjukkan kebodohan kita, dengan mengatakan kita paling pintar. Apalagi jika hanya untuk mengatakan kebusukan hati kita, dengan mengatakan orang lain sesat pikir atau kapir.

Omongan-omongan sampah, bukan hanya menghinakan orang lain, melainkan lebih pada diri-sendiri. Yang demikian itu hanya mempersempit daya-tebanya. Kelas follower yang pada akhirnya menjadi generasi nasbung.

Hanya karena digerakkan, tak mampu bergerak, apalagi membuat pergerakan. Buat apa dema-demo, jika hanya mendemonstrasikan kebodohan? Ngancam boikot, tap beraninya cuma 24 jam!

Kehidupan akan semakin melebar, meluas, secara horizontal. Bukannya menginti, mengental, menjadi satu sama lain. Dalam dalil kerjasama, hanya ada terma; Kita saling mengerti untuk saling back-up, atau sama-sama saling tidak tahu namun (karena itu) bahu-membahu.

Dalam hukum alam, flora dan fauna kita diajarkan hidup sebagaimana alur kesatuan. Tak ada yang berdiri sendiri. Tak ada yang mampu. Semua nabi-nabi, entah itu berjumlah 25 atau lebih, dan hingga kini, selalu mengajarkan kasih sayang, saling mengetahui, saling menghormati, dan bekerja sama.

[irp posts="6218" name="Mencari Politisi Damai Yang Tak Gunakan Agama Demi Raih Kekuasaan"]

Baca semua kitab suci yang ada di dunia ini, bikinan siapapun, yang dipakai agama-agama di dunia yang jumlahnya lebih dari 600.000 biji itu. Tak ada yang tidak, kecuali nabi palsu, atau mereka yang diam-diam membangkang dari ajaran kebenaran. Atau, diam-diam memang agen dengan agenda tersembunyi, diutus setan untuk menghancurkannya. Situ setan?

Pasti bukan. Tapi, urusan kita dalam hidup bukanlah untuk melampaui orang lain, tulis Stuart B. Johnson. Urusan kita untuk melampaui diri sendiri, memecahkan rekor kita sendiri kemarin. Untuk melampauinya pada hari ini. Begitu seterusnya, hingga kalender berganti-ganti.

Soal mana lebih baik, bukan urusanmu. Jika jadi urusanmu, kau akan bilang yang terbaik. Padahal senyampang itu, kau sedang memamerkan keburukanmu.

Agama menjadi tidak penting, ketika kau sendiri tak menghargainya.

Itu!

***