Dua Tahun Menjabat, Sebaiknya Emil Dardak Fokus Pimpin Trenggalek

Senin, 23 Oktober 2017 | 07:55 WIB
0
318
Dua Tahun Menjabat, Sebaiknya Emil Dardak Fokus Pimpin Trenggalek

Kekuasaan itu seperti minum air dalam keadaan cuaca panas dan berkeringat. Semakin air diminum, semakin hauslah dia. Semakin dikejar, kekuasaan semakin "seksi" untuk segera didapatkan. Tidak heran jika camat ingin segera jadi bupati atau walikota, buapti ingin jadi gubernur, gubernur ingin jadi Presiden dan seterusnya.

Nama Bupati Trenggalek Emil Elstianto Dardak yang akrab dipanggil Emil Dardak ini santer disebut-sebut sebagai bakal calon wakil gubernur Jawa Timur yang cocok mendampingi Khofifah Indar Parawansa dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018.

Suami artis Arumi Bachsin itu digadang-gadang beberapa parpol untuk disandingkan dengan Menteri Sosial RI tersebut, meski ia baru menjabat Bupati Trenggalek selama 2 tahun, sejak terpilih bersama Mochamad Nur Arifin sebagai Wakil Bupati.

Pada 27 Juli 2015, Emil Dardak bersama dengan Arifin mendaftarkan diri menjadi pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek ke KPUD Trenggalek untuk turut berkompetisi dalam Pilkada Serentak 2015 pada tanggal 9 Desember 2015.

Mereka dicalonkan oleh koalisi tujuh parpol, yakni Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Emil Dardak dan Arifin menjadi pasangan termuda pada Pilkada Serentak 2015 dan berhasil mendapat perolehan sebanyak  292.248 suara atau sekitar 76,28 persen. Emil Dardak lahir di Jakarta, 20 Mei 1984 (usianya 33 tahun), masih muda, kan?

Prestasi akademisnya memang luar biasa. Dalam usia 22 tahun, Emil Dardak berhasil meraih gelar Doktor Ekonomi Pembangunan termuda dari Ritsumeikan Asia Pacific University di Jepang Selain seorang politisi, ia juga penyanyi dan eksekutif.

Nama Emil Dardak tiba-tiba mencuat menjelang penetapan pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon gubernur Jawa Timur 2018 dari PKB dan PDIP. Namanya sempat digadang-gadang sebagai calon pendamping Saifullah Yusuf alias Gus Ipul.

Apalagi, pada Minggu, 15 Oktober 2017, bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan beberapa petinggi PDIP, ia dipanggil Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri ke Jakarta. Sebagai kader PDIP tentunya Emil Dardak harus patuh.

Emil Dardak saat itu memang dikabarkan menjadi salah satu bacawagub untuk mendampingi Gus Ipul. Tapi, ternyata Mega tetap pada rencana semua, memasangkan Azwar Anas sebagai bacawagub untuk mendampingi Gus Ipul yang telah diusung PKB.

Setelah “gagal” mendapatkan tiket menuju gelaran Pilkada Jatim 2018 melalui PDIP, upaya Emil Dardak tak berhenti sampai di situ saja. Manuver untuk meraih posisi bacawagub pun masih tetap dilakukan, antara lain, dengan mendatangi Partai Golkar.

Karena, ia tahu bahwa Khofifah Indar Parawansa yang telah diusung Golkar sebagai bacagub sedang mencari pendamping untuk posisi bacawagub. Hingga kini, nama-nama bacawagub untuk Menteri Sosial RI itu masih digodok oleh “Tim 17 Ulama”.

KH Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah sempat bertanya, siapa yang mencalonkan Emil Dardak? “Dia kan baru dua tahun menjabat Bupati Trenggalek, ya lebih baik selesaikan sajalah tugasnya sebagai bupati,” begitu penegasan Gus Sholah.

Secara tegas Gus Sholah menyatakan Anas yang sudah jabat satu periode (5 tahun) dan sekarang 2 tahun untuk periode keduanya. Kalau Emil kan baru 2 tahun menjabat Bupati Trenggalek. Lebih baik dia konsentrasi menyelesaikan tugasnya dulu.

Gus Sholah meminta agar putra  Hermanto Dardak, Wakil Menteri Pekerjaan Umum periode 2010-2014, itu lebih baik konsentrasi menyelesaikan tugasnya dulu. “Beda dengan Anas yang sudah jabat satu periode, sekarang 2 tahun periode kedua,” ujarnya.

Yang menarik adalah mengapa Emil Dardak terkesan ngoyo gerilya sampai perlu datang ke DPD Golkar Jatim hanya untuk mencari dukungan agar dijodohkan dengan Khofifah yang belum punya bacawagub? Bukankah dia ini sudah jadi kader PDIP?

Adakah agenda lainnya di balik keinginannya untuk mendampingi Khofifah? Jangan sampai ketika Emil Dardak benar-benar dipilih sebagai bacawagubnya justru akan menurunkan “nilai jual” Khofifah di mata publik, karena dianggap masih “terlalu dini”.

Apalagi, dari jejak digital mencatat, Emil Dardak dianggap sebagai kader PDI Perjuangan yang pernah berniat mundur dari dukungan partai tersebut saat Pilkada Trenggalek 2015. Sebelumnya ia siap maju menjadi bakal calon Walikota Depok dalam Pilkada Serentak 2015.

Untuk maksud tersebut, Emil Dardak bakal maju dari jalur independen dan akan mundur dari dukungan parpol yang telah memintanya maju sebagai kepala daerah di kampung halaman suami bintang sinetron Arumi Bachsin ini di Trenggalek.

Bahkan, Emil Dardak berkomentar lewat media di Depok, Jawa Barat saat itu bahwa dirinya akan mundur dari dukungan parpol yang mencalonkannya sebagai Bupati Trenggalek bila  dicalonkan sebagai cawalkot Depok.

“Saya akan maju dari jalur independen dan berjuang bersama teman-teman GMD (Gerakan Muda Depok),” kata Emil dalam siaran pers-nya, kutip bangsaonline.com. Pernyataan Emil Dardak itu pada akhirnya menimbulkan gelombang reaksi dari berbagai lapisan masyarakat Trenggalek. Mereka umumnya mulai meragukan keseriusan Emil Dardak.

Meski akhirnya menang Pilkada Trenggalek 2015, setelah “gagal” maju dalam Pilkada Kota Depok 2015, sikap politik yang “mendua” seperti itu jelas sangat tidak menguntungkan jika Emil Dardak digandeng Khofifah. Apalagi, mereka sudah “terikat” PDIP.

Masa dua tahun pemerintahannya di Trenggalek bersama Arifin tentunya sangat “prematur” jika dipaksakan untuk maju sebagai bacawagub Jatim. Sebaiknya mereka itu menyelesaikan tugas di Trenggalek. Kinerja Emil Dardak juga dikritisi aktivis GMNI.

Aktivis GMNI Trenggalek Sucipto menuding kinerja Bupati Emil Dardak tidak maksimal, karena sering pebergian ke luar kota untuk kepentingan non dinas, antara laini menjadi juru kampanye calon kepala daerah dari PDIP di Tebo dan Pekanbaru.

Tingginya intensitas ke luar daerah dianggap menomorduakan Kabupaten Trenggalek yang saat ini dipimpin. GMNI menuntut Ketua DPRD Trenggalek untuk memanggil bupati dan memberikan teguran tertulis agar lebih fokus bekerja untuk Trenggalek.

Meski kemudian dibantah Emil Dardak, tapi bukti jejak digital tidak bisa diabaikan begitu saja. Aktivis GMNI itu pun membawa bukti foto kehadiran Emil Dardak dalam kampanye PDIP tersebut. Sejak menjabat bupati, Emil Dardak sudah “milik” PDIP.

Bukan tidak mungkin, jika benar nantinya Emil Dardak berpasangan dengan Khofifah dan terpilih menjadi Wagub Jatim, ia akan tetap PDIP bingit dan lebih mementingkan urusan partai (baca: PDIP) ketimbang melaksanakan tugasnya sebagai Wagub.

Dan yang perlu diingat lagi, andai Khofifah menang bersama Emil Dardak, sebenarnya itu bukan kemenangan Golkar, tapi justru PDIP-lah yang menang! Bisa disebut, PDIP bermain di “dua kaki” jadinya: Gus Ipul – Aswar Anas dan Khofifah – Emil Dardak!

***