Asam dan Garam Pisah Ranjang

Rabu, 26 Juli 2017 | 23:04 WIB
0
464
Asam dan Garam Pisah Ranjang

Kalau nggak mau dengar emak-emak ngomel, jangan bicara soal garam. Harga garam bukan hanya melambung. Walaupun emak-emak punya duit lebih, barangnya langka. Bagi Bapak-bapak harus punya sedikit pengertian. Kalau masakan kurang garam jangan menyalahkan istri di rumah. Lalu mau ngomel sama siapa?

Mau ngomel sama menteri Susi yang ngurusin soal garam juga percuma. Paling seperti biasanya di cuek saja. Para nelayan yang memprotesnya ke Istana, dan berkas protesnya sudah disampaikan kepada staf kepresidenan saja Ibu menteri cuek habis. Berkas protes itu nampaknya sudah tenggelam sebelum Ibu Susi menenggelamkannya.

Begitulah nikmatnya menjadi menteri yang telah berhasil menabung popularitas. Kementrian terkait semisal kementerian perdagangan juga nyaris tak terdengar.

 

Mau mencari tahu di media dalam soal jalan keluar persoalan garam ini juga akan sia-sia. Ada berita Pak Presiden menegur dua menteri. Itu bukan soal garam, tapi soal iklim investasi. Ada berita Pak Presiden mengumpulkan tokoh parpol pendukung pemerintah. Itu bukan soal garam, tapi soal ambang batas 20 persen.

Berita yang menyangkut soal pangan yang cukup heroik datang dari kepolisian. Dalam berita tertulis, Kapolri bertekad akan memberantas mafia beras. Kalau dijadikan judul ala Koran kuning jelas nggak nyambung. Misalnya, "Harga Garam Melambung, Kapolri Bertekad Berantas Mafia Beras!"

Ini memang era nggak nyambung. Berdampak pada hubungan mesra antara garam dan asam yang selama ini selalu setia. Walaupun asam di gunung dan garam di laut, tapi bertemunya di panci juga.

Kemesraan itu sekarang terganggu. Hanya nampak asam dalam panci. Garam entah tidur di rumah siapa. Bersama siapa. Celakanya, tidak ada satu pun yang peduli pada kerinduan asam yang menanti garam dengan harap-harap cemas campur cemburu yang tak tertahankan.

***