Dalam novel Namaku Hiroko karya NH. Dini, kita diajak mengikuti kehidupan seorang perempuan Jepang bernama Hiroko yang mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Dari pedesaan menuju kota, dari hidup sederhana ke lingkungan orang berada, dan akhirnya kembali ke realitas yang lebih keras. Saat membaca kisahnya, saya bertanya-tanya: bagaimana jika Hiroko lahir di Indonesia? Apakah hidupnya akan sama?
Adat Jepang
Salah satu hal yang menonjol dari novel ini adalah penggambaran kebiasaan dan adat masyarakat Jepang. Dalam kalimat,
“Sebagaimana adatnya, nyonya berjanji akan mengabari bilamana ada pekerjaan untukku,”
terselip nilai-nilai budaya yang halus namun kuat. Adat di Jepang begitu teratur dan penuh sopan santun, meskipun di baliknya kadang tak menjanjikan kepastian. Hiroko terbiasa hidup dengan rapi, penuh etika, dan disiplin, bahkan ketika hidupnya sulit.
Suprapto
Dalam novel Namaku Hiroko, ada tokoh Suprapto, pria Indonesia yang sempat menjalin hubungan dengan Hiroko. Dikatakan bahwa hubungan mereka tidak bisa lanjut karena “perbedaan wilayah.” Namun bagi saya, pernyataan ini bisa dibaca lebih dalam. Mungkin bukan soal jarak geografis, tapi perbedaan cara pandang hidup. Hiroko adalah perempuan mandiri yang sudah mengalami banyak hal, sedangkan Suprapto tampak membawa nilai-nilai patriarki yang mengharapkan perempuan “ideal” dalam kerangka tradisional. Ia, seperti banyak laki-laki Indonesia, mungkin merasa tidak siap menghadapi perempuan yang sudah “pernah mengalami sesuatu.”
Sama halnya, di Indonesia, perempuan seperti Hiroko bisa jadi akan dipinggirkan: dianggap “tidak pantas,” terlalu bebas, atau bahkan tidak layak untuk dicintai. Sering kali masih membatasi perempuan lewat standar tertentu.
Apakah Ini Kritik NH. Dini terhadap Budaya Kita?
Sebagai pembaca, saya menangkap bahwa NH. Dini seolah menyampaikan kritik terhadap budaya Indonesia, khususnya cara masyarakat memandang perempuan. Di Indonesia, perempuan seperti Hiroko bisa jadi akan dipinggirkan: dianggap “tidak pantas,” terlalu bebas, atau bahkan tidak layak untuk dicintai. Padahal, seperti Hiroko, mereka hanya ingin hidup sebagai manusia yang utuh, dengan pengalaman, luka, dan pilihannya sendiri.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews