Fakir Energi di Negeri Wkwk-Land

Apakah kita hanya akan jadi penonton saja, membeli energi dari negara lain, padahal bahan bakunya mereka ambil dari bumi Indonesia?

Rabu, 7 Agustus 2019 | 19:15 WIB
0
737
Fakir Energi di Negeri Wkwk-Land
Matahari

Sekira 15 tahunan lalu, saya pernah ditertawakan teman Saudian yang tinggal di Riyadh, terkait mati lampu. Saya sudah agak lupa persis topik pembicaraannya, intinya dia bercerita tidak pernah mengalami mati lampu, karena memiliki UPS di rumahnya. Dasar dulu saya katrok biyanget bin ndeso dan gagap teknologi, saya sempat tidak mudeng dan teman Saudian ini sukses menertawakan saya.

Karena di bayangan saya dulu, saya cuma tahu namanya UPS itu hanya baterai untuk komputer PC, belum tahu bahwa UPS juga bisa untuk suplai energi satu rumah atau gedung.

Setelah ada kasus anggaran UPS nenek lo Rp1,7 triliun yang dibongkar Ahok itu, baru saya mudeng betulan, ternyata UPS untuk gedung memang ada. Lah selama ini baru tahunya untuk energi alternatif ya cuma genset berbahan bakar fosil saja je... Ndeso banget kan?

Satu dekade kemudian, malah lebih 'nggilani' lagi teknologi yang sudah dikembangkan, di Eropa ada AI, di Amerika ada SpaceX, dan di Tiongkok setelah sukses membuat "bulan buatan" yang bisa menghasilkan cahaya lampu, kini Tiongkok rampung membuat "matahari buatan" yang panasnya 6x dari aslinya.

Matahari buatan ini kabarnya bisa memasok kebutuhan energi seluruh bumi, jika bumi sudah kehabisan stok energi fosil. Energi fosil itu masa lalu, Dab!

Energi yang dihasilkan oleh matahari buatan ini adalah hasil dari teknik fusi nuklir, yang sebetulnya mengadopsi proses fusi nuklir alamiahnya matahari dalam menghasilkan energi. 

Dan sudah tahu kan, bahan baku nuklir itu dari apa ? Yup. Uranium.

Tidak berhenti di sana, Tiongkok juga kabarnya sedang mengembangkan suplai energi dalam bentuk lain untuk kebutuhan manusia sehari-hari. 

Baca Juga: Baterai Lithium tanpa Ember Bikinan Alumnus ITS

Sebutlah semacam "power bank" untuk handphone kita, tapi yang ini mampu untuk menyuplai kebutuhan rumah, gedung, pabrik, dst. Besarnya hanya se-handphone kita, namun bisa digunakan untuk sekian hari, dan untuk men-recharge-nya pada listrik hanya perlu waktu sekian jam. Dengan harga yang murah meriah. Uedan kan!

Kelak listrik berenergi fosil, hanya akan menjadi cadangan saja, cuma untuk men-charge, dan "power bank" ini yang akan menjadi suplai energi utama manusia. Dan yang akan menproduksinya lagi-lagi China! Siap kejang-kejang (terus)?  

Dan sudah tahu juga kan energi yang dihasilkan baterai-baterai ini (power bank, baterai handphone, mobil listrik, dlsb) dari mana? Yes lithium (Li). Dan bahan baku Li ini berasal dari RARE EARTH MATERIALS!

Rare Earth Materials inilah yang saat ini menjadi isu seksi dan inti konflik dari perang dagang AS & Tiongkok. Karena apa? 
Karena 90an persen kebutuhan Rare Earth Minerals AS disuplai oleh Tiongkok. Bahkan Rare Earth Minerals yang ada di AS dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Yang perlu kita tahu dan sadari adalah, bumi Indonesia kita ini kaya akan 2 minerals yang menjadi komoditas utama itu, Rare Earth Mineral dan Uranium, baik yang masih berupa cadangan maupun yang sudah digali.

Apa sih Rare Earth Materials itu? 

Bahan baku Rare Earth Materials sebenarnya adalah bahan tambang pasir yang biasa kita kenal sebagai Galian C. 
Pasir besinya harus dipisahkan dengan teknologi tinggi baru kemudian menjadi Rare Earth Mineral.

Dan persoalan klasik yang dimiliki bangsa ini adalah kita tidak memiliki teknologinya dan teknologinya memerlukan investasi yang sangat besar.

So, apakah kita hanya akan jadi penonton saja, membeli energi dari negara lain, padahal bahan bakunya mereka ambil dari bumi Indonesia?

Seperti selama ini kita mengimpor BBM dan LPG, lalu kita juga mengekspor Galian C untuk mereka jadian bahan Lithium dan Minerals lainnya..

Semoga saja tidak. Jika kita tidak bersikap anti Aseng dan Asing. Karena bagaimanapun kita membutuhkan investasi asing untuk memanfaatkan SDA yang kita punya semaksimal mungkin untuk kepentingan kita sendiri. 

Namun di sisi lain semoga negara ini akan selalu dipimpin oleh para pengelola negara yang tidak 'menjual' negeri ini dengan harga murah.

Artinya, mengubah diksi 'penjajahan' ekonomi menjadi 'kolaborasi'. Membuka tangan kita selebar-lebarnya terhadap investasi asing, dengan tetap kita sebagai RAJA di negeri sendiri.

Dan sebagai penutup... bangsa ini sudah seharusnya berterima kasih kepada Presiden Jokowi, yang sudah membangunkan pondasi dan jalannya bagi pemimpin-pemimpin berikutnya, agar mereka tidak 'sesat' lagi seperti pemimpin-pemimpin kita sebelumnya, yang telah mengobral-obral SDA kita.

Iishh... Untuk apa berterima kasih kepada Presiden Jokowi? 

Kalau Negeri Wkwk-Land gelap gulita karena fakir energi, tidak perlulah latah-latahan rar rer rar rer ert mineral apa itu... Kita kan punya PLTN sendiri...

Nyinyir aja sekuat-kuatnya, nanti juga pasti listrik akan nyala lagi secepatnya.

PLTN = Pembangkit Listrik Tenaga Nyinyir 
.
***