Tjio tutup usia pada 27 November 2001, tepat 25 hari setelah ulang tahunnya yang ke-82. Ia dimakamkan di Gaithersburg, Maryland, Amerika.
Kromosom adalah kumpulan DNA yang melingkar dengan rapat dan terletak di inti sel (nukleus) di hampir setiap bagian dalam tubuh. Kromosom berasal dari bahasa Yunani.
Terdiri atas dua kata, 'chroma' artinya warna dan 'soma' bermakna tubuh. Selaras dengan pengertiannya, bila dilihat dengan mikroskop tiap molekul tersebut memiliki warna-warna tertentu.
Berbicara soal kromosom, erat kaitannya dengan ilmuwan genetika asal Indonesia, Tjio Joe Hin. Pasalnya, ialah sosok dibalik penemuan jumlah kromosom manusia terdapat 23 pasang.
Penemuan ini bermula pada tahun 1921. Dimana ada tiga pria yang mendatangi Theophilus Painter untuk minta dikebiri.
Painter adalah zoologi Amerika. Salah satu penemuannya adalah tentang gen penentu jenis kelamin X dan Y pada manusia.
Dalam penelitiannya, Painter melihat serabut kusut tak berpasangan pada sel testis. Diyakini jumlahnya ada 24 pasang.
Keyakinan tersebut bertahan hingga 30 tahun lamanya. Sampai akhirnya Tjio memastikan bahwa jumlah kromosom hanya ada 23 pasang.
Penemuan itu sontak saja mengagetkan banyak kalangan ilmuwan. Alasannya manusia memiliki jumlah kromosom berbeda ketimbang simpanse, gorila, ataupun orang utan.
Padahal berdasarkan penelitian manusia dan kelompok hewan tadi mirip secara genetik. Penemuan besar itu didapatkannya lewat penggunaan teknik yang baru ditemukan untuk memisahkan kromosom dari inti selnya.
Kisah menarik lainnya adalah keberanian Tjio mendobrak aturan hasil konvensi yang telah berlangsung lama dalam dunia riset di Eropa. Jadi disana, bila ada penemuan maka yang dicantumkan sebagai author utama adalah nama kepala instansinya.
Kendatinya Tjio menolak, ia ingin namanya menjadi author utama dalam penemuan jumlah kromosom tersebut. Bahkan, ia sampai mengancam untuk membuang hasil riset tersebut.
Mengingat pentingnya penemuan itu bagi dunia, maka Albert Levan, Kepala Institute of Genetics, tempat risetnya dilakukan mengalah. Sehingga dalam jurnal Scandinavian Journal Hereditas terbitan 1956, Tjio ditulis sebagai author utama dan Levan co-author.
Lalu, siapa sih Tjio Joe Hin?
Pria keturunan Tionghoa ini, lahir di Jawa pada 2 November 1919. Sewaktu kecil, ia mengenyam pendidikan di sekolah penjajah Belanda.
Kemudian Tjio sempat menekuni bidang fotografi, seperti ayahnya yang merupakan fotografer profesional. Namun itu tidak bertahan lama.
Lalu ia beralih ke bidang pertanian dan berkuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor. Di bidang ini, Tjio mengembangkan tanaman hibrida tahan penyakit.
Dari situlah bekal ilmu genetika didapatkannya. Namun sebelum mendalami ilmu genetika, di masa kependudukan Jepang di Indonesia, Tjio sempat dipenjara selama tiga tahun.
Sampai akhirnya, ia kembali meneruskan pendidikan di Belanda lewat program beasiswa. Ia mengambil studi soal cytogenetik tanaman dan serangga.
Tjio yang haus akan ilmu melanjutkan studinya di Zaragoza, Spanyol. Ia diundang pemerintahan Spanyol dan menghabiskan waktu 11 tahun untuk melakukan studi soal peningkatan mutu tanaman.
Saat libur tiba, Tjio menyempatkan diri untuk melakukan riset di Institute of Genetics di Lund Swedia, tempatnya meneliti jumlah kromosom. Bidang penelitiannya pun kian luas dan merambah soal jaringan sel mamalia.
Semasa hidupnya, Tjio turut membantu mengenalkan cytogenetik modern ke dunia. Yakni, ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktivitas kromosom serta mekanisme hereditas, sebagai sebuah cabang utama ilmu genetika.
Penelitian lainnya mengenai adanya kromosom tambahan dalam sel-sel orang yang terkena down syndrome. Karya tersebut ditelurkannya pada 1959.
Selain itu, Tjio juga bekerja di NIH (National Institute of Health), Washington DC. Tjio mengkompilasi foto-foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitian luar biasanya. Prestasinya yang tak kalah mengagumkan adalah penganugerahan Outstanding Achievement Award dari Presiden Kennedy pada 1962.
Tjio tutup usia pada 27 November 2001, tepat 25 hari setelah ulang tahunnya yang ke-82. Ia dimakamkan di Gaithersburg, Maryland, Amerika.
Oleh: Sony Kusumo
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews