Sketsa Harian [11] Ujian Facebook

Apakah sahaya membahayakan kehidupan berbangsa, bernegara dan bercinta saudara-saudara sehingga harus diberangus?

Kamis, 31 Oktober 2019 | 14:58 WIB
0
423
Sketsa Harian [11] Ujian Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: tribunnews.com)

Baru saja selesai ngasih sebuah komen untuk seorang kawan, ada pemberitahuan Mark Zuckerberg tentang keraguan apa iya yang sedang beraktivitas di sosmed miliknya itu saya sendiri.

"Ada seseorang berkali-kali mencoba masuk akun Anda, mister Pep, apa ini benar-benar Pepih Nugraha yang saya kenal," begitu kira-kira pesan Mark lewat mesin pintar buatannya.

Ya salah Mark sendiri waktu bertandang ke Tenabang ga ajak saya, yang diajak cuma Pak Jokowi, batin saya. Saya pastikan bahwa itu benar saya. Eh, saya diuji untuk milih 8 komen dari sekian puluh daftar komen yang harus saya centang. Salah centang, berarti bukan saya.

Untunglah selain biasa berpikir mesum (katanya biar pikiran tajam), otak biasa saya gunakan untuk berpikir dan mengingat-ingat apa saja, kecuali mengingat utang. Dengan mudah saya mencentang 8 komen yang pernah saya tulis. Cincaylah, Mark, pikir saya. Sayangnya saya ga bisa ngasih feedback ke mesin AI nya Facebook, "Ada ga pertanyaan yang lebih sulit, Boss?"

Lolos dari situ, saya diminta untuk mencoret teman atau jamaah saya yang siapa tahu saya ga suka dan mau mencoretnya. Terpampanglah puluhan wajah-wajah memelas di sana yang harus saya centang.

Ada juga wajah tetangga jauh yang sering nyinyir dan bahkan pernah memperkusi mau membunuh saya dengan cara duel di lapangan segala (sudah saya screenshot) dan kalo yang model begini urusannya nanti sama aparatlah, buat apa saya temenan dengan para jenderal itu sekadar nemenin mereka ngopi ya, ga?

Melihat wajah-wajah bersemu memelas itu, saya ga tega. Saya urungkan niat saya mencoret teman dari berbagai preferensi, suku, agama, ras dan antargolongan (nah jadi SARA, kan?).

Ada wajah putih berseri, sumringah, yang pasti ga akan saya delete sebab mengingatkan saya pada mantan terindah. Ada juga yang berjidat item menunjukkan kesolehannya. Untunglah semua teman-teman yang berjidat item benar-benar menunjukkan kesalehan mereka, tergambar dari tutur-kata dan sapanya, ga fitnah dan ga hoax. Alhamdulillah...

Nah ini yang ga saya duga, teman-teman yang ga berjidat item yang jumlahnya jauh lebih banyak! Mereka inilah yang sulit saya identifikasi, apalagi ketika saya mendapatkan tutur kata yang maaf... hanya pantas diucapkan di bonbin bersama teman-temannya di sana. Kata-kata hinaan bernada melecehkan, merendahkan, sudah seperti sapaan sehari-hari.

Pun terhadap mereka, yang sudah menjadi teman, mana tega saya meng-unfriend-nya. Bagi saya, orang yang gampang memecat pertemanan (apalagi ngeblok) karena tersinggung atau takut kena kritik, itu bukan jagoan medsos, itu pecundang sejati berkedok jagoan. Sok jagoan kenanya tapi mentalnya cemen. Ga usah tersinggung, Boss, kamu bukan teman saya lagi, kan!?

Masih banyak ujian fesbuk yang harus saya tempuh, berlapis-lapis. Saya pikir ini tanggung jawab sebuah penyedia medsos terhadap para penggunanya dan itu baik-baik saja, patut ditiru, meski ya rada-rada gimana gitu... nyebelin. Tapi pagi ini ujian fesbuk itu harus saya tempuh dan cihuyyyy.... lolos, cing! Sayang Mark ga ngasih bocoran berapa nilai saya.

Tetapi tetap saja ujian yang lebih berat datang lagi. Habis lolos, terbitlah pelarangan menggunakan (banned) Facebook selama 24 jam. Ini hukuman kedua, sebulan yang lalu hukumannya malah 3 hari. Saya sampai-sampai menyurati pejabat Facebook Indonesia mengenai kemelut saya sama Facebook ini, setidaknya kepengen tahu apa salah dan dosa saya (minjem lagu D’lloyd). Sekaligus nanya juga, apa iya ada penyusup sepasukan cyber army yang melaporkan akun saya agar diberangus.

Oiya sebelum nutup oret-oretan ini, saya cuma bertanya pada sesiapapun intruder, penyusup atau teroris yang mau menyusup ke akun saya, apalah pentingnya saiya sehingga harus dibongkar seluruh daleman saya. Kalo bisa, menyusuplah ke hati saya, masih ada beberapa bilik di sana. Dan, kalo mau lihat daleman yang satu itu, mari saya tunjukkin langsung saja, jangan khawatir, masih poten kok!

Apakah sahaya membahayakan kehidupan berbangsa, bernegara dan bercinta saudara-saudara sehingga harus diberangus? Please, saya pikir lebih bahaya orang yang berniat menghancurkan negeri ini dengan segala cara daripada memberangus akun fesbuk saya.

Mari menyusup ke hati ini saja sebelum saya tutup rapat-rapat (takut masuk angin soale...) apalagi di luar banyak anak-anak main petak-umpet. Ketauan bo'ong nya 'kan, mana ada anak-anak sekarang main petak umpet, mainannya IG atau TikTok, betul?

#PepihNugraha

***

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [10] Gerbong Khusus Perempuan