Selama penceramah agama menghukumi seni atau tradisi dengan hukum agama dari sudut pandangnya, selama itu pula ada perlawanan atau pertentangan dari pecinta seni atau tradisi leluhur.
Ustadz Khalid Basalamah menjawab pertanyaan terkait wayang kulit. Dan jawabnya wayang kulit haram atau dimusnakan saja. Eee... sekarang malah menjawab pertanyaan soal pajak yang ditarik oleh pemerintah. Dan jawabnya menarik pajak dengan paksa adalah haram.
Terkait polemik wayang kulit yang dinyatakan haram oleh Khalid Basalamah, sekarang ada polemik ada tokoh dalam wayang yang digambarkan sebagai Khalid Basalamah sedang dihajar oleh Prabu Baladewa. Pendukung Khalid Basalamah banyak yang meradang atau tidak terima. Bahkan Fadli Zon juga ikut berkomentar.Ustadz Derry juga ikut merespon atau berkomentar.
Mereka punya tafsir atau persepsi kalau tokoh wayang yang dihajar Prabu Baladewa adalah Khalid Basalamah.
Inilah hukum sebab akibat.Ada aksi dan reaksi.
Seperti kita ketahui, Gus Miftah nanggap wayang di pondok pesantrennya yaitu Ora Aji. Dalam tanggapan wayang tersebut banyak dalang dari Surakarta dan Jogjakarta yang hadir sebagai bentuk dukungan terhadap seni wayang kulit yang dianggap haram oleh Khalid Basalamah.
Mengapa orang bisa tersinggung atau mempunyai persepsi kalau tokoh dalam wayang yang dihajar Prabu Baladewa adalah Khalid Basalamah?
Bisa jadi karena dianggap melecehkan sang Ustadz yang dianggap tokoh agama. Yang sebelumnya ramai kalau wayang kulit adalah haram atau lebih baik dimusnakan.
Apakah yang bisa tersinggung hanya pendukung Khalid Basalamah saja? Bagaimana dengan pendukung atau pecinta seni wayang kulit termasuk dalang?
Bukankah mereka juga bisa tersinggung oleh hukum wayang kulit adalah haram? Padahal tanah Jawa bisa mayoritas memeluk agama Islam juga berkat media wayang kulit oleh Walisongo.
Beberapa tahun yang lalu ada ormas menggeruduk sebuah media karena tidak terima tokoh pujaannya dijadikan karikatur yang duduk dengan seorang wanita. Media itu pun takluk dan meminta maaf.
Tapi media itu juga sering menjadikan presiden Jokowi sebagai bahan sindiran atau ejekan dengan dalih seni dan kreatifitas. Seperti hidung pinokio.
Artinya, apa yang dilakukan dalang dengan menghajar tokoh yang ditafsirkan sebagai khalid Basalamah tidak perlu tersinggung. Itu kreativitasn Sang Dalang dan tidak menyebut nama seseorang.
Selama penceramah agama menghukumi seni atau tradisi dengan hukum agama dari sudut pandangnya, selama itu pula ada perlawanan atau pertentangan dari pecinta seni atau tradisi leluhur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews