Dengan kata-katanya itulah, orang biasa Tan Teng Kie mengawetkan namanya, berabad-abad setelah kepergiannya.
Banyak puhun di tebangin
Ongkos Maskapij semuwa bayarin
Rumah orang pada di buka’inK
Kepada juraganlah di serahin
Ini petikan Syair Jalanan Kreta Api yang ditulis dengan bahasa Betawi “nyablak” oleh seorang yang tak begitu dikenal dalam sejarah kepenulisan negeri ini. Penulisnya bernama Tan Teng Kie, yang dalam satu literatur hanya disebutkan sebagai seorang pedagang yang senang menulis.
Dalam Syair Jalanan Kreta Api ia melukiskan kisah penggusuran rumah di sepanjang jalan di Jakarta yang akan dibanguni jalur rel kereta api tapi dengan biaya ganti rugi yang ditentukan sepihak oleh penjajah Belanda.
Banyak kelanggar rumah kampungan
Tuwan tanah Tan Kang Ie punya bilangan
Eretannya beda banyak kurangan
Ada jambatan aken sebrangan
Tan Teng Kie pernah juga menulis reportase tentang kunjungan Pangeran Nikolai Alexandrovich-- kelak menjadi Kaisar Nicholas II-- dalam “Sair dari hal Datengnya Poetra Makota Keradjaan Roes di Betawi dan Peginja”. Sang pangeran datang ke Indonesia selama sepekan pada 23 Februari hingga 1 Maret 1890.
Dengan lugas dan jenaka, Kie menggambarkan kapal Rusia yang terlihat dari kekeran (teropong) mendekati pelabuhan, rombongan berkostum serba putih melanjutkan perjalanan ke Gambir dengan kereta api dan disambut massa yang membludak sampai-sampai para haji “sorbannya jatoh”.
Orang menonton rame sekali,
Tua muda, ada yang tuli,
Prampuan laki, Jawa, Bali,
Ampir kaarcis ta’ dapat beli.
Tan Teng Kie juga berkisah tentang perjalanan para tamu ke Garut dan Bogor untuk berburu karena “Jendralnya Rus kabar kesohor. Jendralnya pinter tembak binatang”. Di perburuan itu, sang pangeran sungguh mumpuni sehingga “Macennya dapetlah ampat biji, Jenderal di situ banyak yang puji.”
Ia menutup syairnya dengan saat-saat ketika mereka berpamitan meninggalkan Batavia setelah “Betul datangnya lapan hari, Makota Putra Rus Bestari”. Jelang keberangkatannya, kisah Tan Teng Kie,
Banyak tuan blakang turutin,
Naik kereta api pada deketin,
Sampe ke Tanjung semua ikutin,
Sekalian Nyonya nonton meliatin.
Syair 54 alinea --masing-masing empat baris-- inilah satu-satunya “laporan pandangan mata” yang sangat lengkap dari Indonesia tentang kunjungan pangeran Rusia lebih seratus tahun lalu.
Sayangnya, informasi tentang penyairnya sangat cekak. Satu-satunya kabar tentang Kie adalah ia seorang pedagang di Betawi yang gemar menuliskan kejadian-kejadian di sekelilingnya.
Begitulah. Tan Teng Kie sesungguhnya seperti kita. Ia orang biasa, hanya seorang pedagang yang senang menulis. Di zaman tanpa internet dan media sosial itu, kesaksiannya ia tuliskan di kertas yang lalu secara kebetulan ditemukan oleh generasi berikutnya.
Ceritanya pun sampai ke kita setelah melewati ratusan tahun masa dan peradaban.
Dengan kata-katanya itulah, orang biasa Tan Teng Kie mengawetkan namanya, berabad-abad setelah kepergiannya.
Kawan-kawan, menulislah!
Di sekitarmu begitu banyak bahan cerita yang penting dan yang remeh-temeh. Kabarkan ke saya, kami, ke semua orang. Jika itu menyenangkan, maka engkau merekahkan senyum dan tawa semua orang. Jika isinya menjengkelkan, ada ribuan manusia yang senang bertengkar dan cela-celaan.
Menulislah -- seperti Tan Teng Kie -- sekali pun engkau bukan wartawan ...
***
Selamat pagi para penulis.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews