Nur Aini, Mahasiswi Buruh Kasar Pengangkut Semen

Setiap akhir pekan, yakni Kamis sore ia pulang ke Pinrang untuk bekerja jadi kuli angkut semen. Minggu sore dia kembali lagi ke Makassar untuk persiapan kuliahnya. Demikian rutinitasnya.

Senin, 3 Januari 2022 | 06:40 WIB
0
237
Nur Aini, Mahasiswi Buruh Kasar Pengangkut Semen
Nur Aini (Foto: kumparan.com)

Keringat mengucur deras dari kening mahasiswi berkulit putih saat ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengangkut barang di pundaknya. Terhitung sudah belasan kali ia mengangkut benda seberat 50 kilogram di pundaknya sejak dua jam lalu.

Jika dirata-ratakan, ia mengangkut benda yang tak lain zak semen itu selama empat menit dari titik pengangkutan di truk pengangkut semen ke titik penurunan di sebuah toko.

Mahasiswi berkulit putih mengangkut semen?

Tentu saja terdengar seperti dalam cerita fiksi, dalam novel remaja yang mengisahkan perjuangan seorang mahasiswi untuk membiayai kuliahnya sendiri, juga membiayai sekolah adik-adiknya.

Tetapi ini bukan dalam dunia khayal, melainkan terjadi dalam dunia nyata. Mahasiswi berkulit putih dan masih berusia 21 tahun itu adalah Nur Aini, mahasiswi yang berkuliah di Universitas Negeri Makassar (UNM).

"Aksi" Nur Aini yang sedang melakoni pekerjaan sehari-harinya menjadi viral di media sosial saat menjadi kuli angkut semen di sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Pinrang. Selain untuk membiayai kuliahnya sendiri dan biaya sekolah adik-adiknya, Nur Aini melakoni pekerjaan kasar itu demi membantu kedua orang tuanya.

Berapa kira-kira Aini mendapat upah setiak kali mengangku satu zak semen? Rp600!

Mungkin kalau pekerjaan Nur Aini baru dilakoni beberapa hari lalu dan viral karena memang upaya mendulang uang di media sosial, ia tidak akan menjadi berita yang cukup menyentuh perasaan pembaca.

Bahwa ternyata ia sudah menggeluti pekerjaannya itu, ini baru genuine, tidak kamuflase demi sebuah konten yang viral. Bahwa ternyata pekerjaannya ini ia lakukan karena orang tuanya juga memiliki pekerjaan yang sama, itu bukan persoalan besar. Apa salahnya menitu untuk kebaikan!

Nur Aini menurunkan, bahkan mungkin membunuh, semua perasaan gengsinya sendiri, demi apa yang ia sebut "membantu orangtua". Juga usaha mulia lainnya, yaitu membiayai kuliahnya dan biaya sekolah adik-adiknya. Ia tidak harus meniru gaya mahasiswa seusianya yang cenderung jaga gengsi, tampil glamour sebisa mungkin saat hadir di ruang kuliah atau sekedar jalan-jalan dan nongkrong di cafe. Kseharian Nur Aini adalah zak-zak semen di pundaknya.

Mulanya karena keingintahuannya sebagai anak yang mendapati kedua orangtuanya biasa pulang ke rumah sampai larut malam, bahkan tidak jarang tengah malam dan bahkan subuh. Saat itu Nur Aini masih duduk di bangku kelas satu SMA. AKhirnya ia tahu bahwa pekerjaan orangtuanya adalah buruh kasar pengangkut semen.

Terketuk hati Nur Aini untuk meringankan beban derita orangtuanya atas pekerjaan kasar yang mereka lakoni setiap hari. Maka diam-diam ia belajar mengangkut zak semen di pundaknya.

Tentu saja ini pekerjaan berat, makanya tidak salah juga disebut pekerjaan kasar dan orang yang mengerjakannya juga disebut "buruh kasar". Pekerjaan kasar cocok dikerjakan oleh kaum pria, bukan oleh dirinya yang saat itu masih tergolong remaja. 

"Awalnya susah sekali, sampai berdarah itu bahu, sakit sekali. Lama kelamaan sudah biasa, dirasakan mi juga oh begini pale (ternyata) pekerjaannya orang tuaku," kata Nur Aini sebagaimana dikutip media dan juga melalui ucapannya di sejumlah video yang menjadi viral.

Saat ini Nur Aini kini sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Negeri Makassar. Setap akhir pekan, yakni Kamis sore ia pulang ke Pinrang untuk bekerja jadi kuli angkut semen. Minggu sore dia kembali lagi ke Makassar untuk persiapan kuliahnya. Demikianlah rutinitas kesehariannya.

Dengan bayaran Rp 500 hingga Rp 600 per satu zak semen, Nur Aini bisa memperoleh Rp400 ribu setiap bekerja pada akhir pekan tersebut.

Jarak angkutnya memang tidak jauh, yaitu dari truk yang terparkir ke toko semen. Tetapi satu zak semen beratnya setengah kuintal, sehingga memerlukan cukup tenaga untuk mengangkutnya.

Tenaga yang cukup diperlukan Nur Aini untuk mengangkut semen-semen itu di pundaknya.

Setelah "aksi" angkut semen mahasiswi itu viral di media sosial, terbetik berita kemudian Wakil Bupati Pinrang H. Alimin memberikan beasiswa kepada 30 mahasiswa S1 dan S2.

Salah satu penerima beasiswa itu adalah Nur Aini. 

***