Harianto Badjoeri [22]: Mencetak Notaris Sukses  

Semua orang yang berteman dengan dia selalu mendapat kebaikan dan keberuntungan. Dia tidak pernah merugikan orang lain. Yang ada adalah hubungan mutualisme, saling mengutungkan.

Selasa, 12 November 2019 | 10:28 WIB
0
386
Harianto Badjoeri [22]:  Mencetak Notaris Sukses   
Mugaera Djohar (Foto: Dok. pribadi)

Catatan bakti hidup Harianto Badjoeri alias HB terus bertambah. Salah satu jejak baktinya adalah mencetak salah seorang notaris hingga sukses dengan banyak kliennya.

Mugaera Djohar SH, MKn, itulah nama dari notaris yang dicukupi kebutuhan mendasarnya selama kuliahnya. Jejak HB membekas pada perjalanan karier Mumu –sapaan akrab Mugaera Djohar ini.

Ketika Mumu mengunjungi HB di kantornya pada suatu sore, dia bercerita bahwa jejak HB pada perjalanan kariernya sungguh nyata adanya. Tanpa campur tangan HB, Mumu tidak yakin kariernya akan sampai pada titik sekarang ini. Selain menjadi notaris “sukses”, Mumu juga aktif sebagai Ketua Bidang Perundang-undangan di Ikatan Notaris Indonesia (INI).

Mumu yang sering menunggangi VW Beetle ini bercerita awal mula hubungannya dengan HB. Dimulai pada awal tahun 90-an ketika dia aktif di organisasi kepemudaan Pemuda Panca Marga (PPM) DKI Jakarta, di mana HB berada di situ juga.

Kebetulan, waktu itu, rezim pemerintahan sedang dikuasai Orde Baru, yang mana Golongan Karya (Golkar) sebagai pilar utamanya. Sebagai organisasi yang beraliansi ke Golkar waktu itu, PPM diberi tugas untuk ikut memenangkan suara di DKI Jakarta pada Pemilu 1997.

“Dan, saya waktu itu diberi tugas oleh Bapak untuk memenangkan suara Golkar di Tanah Abang,” ungkap Mumu.

Hasil Pemilu menunjukkan bahwa Golkar menang di Tanah Abang yang menjadi basis dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sejak itulah, perjalanan hidup Mumu mulai berubah. Dari yang tadinya gagal menyelesaikan pendidikan strata 1 ilmu politik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, berubah ketika mendapat hadiah dari HB.

“Kamu mau hadiah apa dari saya?” ujar HB berkata kepada Mumu yang berhasil memenangkan Golkar di Tanah Abang.

Tanpa pikir panjang, Mumu bilang, “Saya mau meneruskan kuliah.”

Bagi Mumu, pendidikan jauh lebih penting dibanding hadiah materi. Pendidikan bisa menjadi pancing untuk mencari kehidupan, sedangkan materi bisa habis bila tak bijak menggunakannya.

Jadilah Mumu berkuliah ilmu hukum di Universitas Jakarta di Pulomas, Jakarta Timur. Kali ini, Mumu tidak main-main dalam berkuliah. Dia tidak mau putus kuliah seperti sebelumnya.

Meskipun serba kekurangan fasilitas, Mumu berjuang untuk terus berkuliah dengan sungguh-sungguh. Dia berterima kasih HB yang tidak saja membiayai kuliahnya, tetapi juga ikut membantu biaya sewa kamar kos hingga kehidupan sehari-harinya.

Pada 2001, Mumu lulus dari ilmu hukum. Dia bergelar SH (sarjana hukum). Mendapat laporan anak asuhnya lulus, HB senang bukan kepalang. HB melihat sarjana belum cukup untuk menjadi bekal hidup maka dia menyarankan Mumu untuk melanjutkan ke strata 2 (S2).

“Kamu ambil kuiah notariat saja,” perintah HB kepada Mumu.

Setelah jeda dua tahun, Mumu mengikuti perintah HB. Dia masuk ke notariat Universitas Indonesia pada 2003. Dia lulus dan menjadi notaris di daerah Tangerang sampai sekarang ini.

Setelah menjadi notaris, perjalanan hidup Mumu berkembang. Dengan campur tangan seorang HB, Mumu kebanjiran klien. Jaringan HB banyak yang menggunakan Mumu sebagai notaris kepercayaannya.

“Alhamdulillah, jasa Pak Harianto telah banyak membahagiakan saya sekeluarga,” kata Mumu.

Baginya, HB adalah sahabat, karena bisa diajak berdiskusi dan berkelakar.  Hb juga menjadi saudara tua, karena memberi perlindungan dari marabahaya yang mungkin datang. Dan, HB juga sebagai orang tua, karena nasihat dan bantuannya tiada habisnya.

Sulit untuk menemukan sosok orang lain seperti HB ini. Semua orang yang berteman dengan dia selalu mendapat kebaikan dan keberuntungan. Dia tidak pernah merugikan orang lain. Yang ada adalah hubungan mutualisme, saling mengutungkan.

“Tetapi, bagi orang lemah, HB tidak pernah memikirkan pamrih. Dia selalu memberikan segalanya untuk orang yang lemah agar menjadi kuat,” katanya.

Itulah mengapa Mumu dan banyak orang lain yang telah menjalin relasi dengan HB selalu berkata: sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh  tahun lagi belum tentu muncul orang seperti HB di Ibu Kota ini. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [21]: Anak Buahnya Digiring Seperti Bebek