Bamsoet, Jokowi, dan Semangkok Mie

Selain kedua isu tersebut, Bamsoet juga bicara soal peluang dirinya dan Airlangga Hartarto bersaing memperebutkan kursi ketua Umum Partai Golkar dalam Munas Desember 2021.

Kamis, 7 Oktober 2021 | 13:13 WIB
0
261
Bamsoet, Jokowi, dan Semangkok Mie
Bambang Soesatyo dan saya (Foto: Dok. pribadi)

Adegan di foto ini merupakan yang kedua kalinya kami mewawancarai Bambang Soesatyo. Pukul 09.00 WIB kami sudah di rumah dinas Ketua MPR, kompleks Widya Chandra. Tapi si empunya rumah baru nongol dua jam kemudian. Dia baru pulang mengikuti upacara Hari ABRI di Halim Perdanakusumah.

Menariknya Bamsoet tak menaiki mobil dinas, atau mobil mewah koleksinya. Tapi cuma Fortuner. Padahal pengawalnya mengendarai Jeep Rubicon. Mungkin dia sedang bosan dengan barang-barang mewah koleksinya.

Sejenak di ruang tamu, Bamsoet malah meminta wawancara tak segera dimula. “Gue laper, belum sempat sarapan,” ujarnya sambil menepuk-nepuk perutnya. Dia kemudian meminta pembantunya memasakkan mi rebus lengkap dengan telur. “Bikinin sekalian buat temen-temen ya,” ujarnya seraya menunjuk ke arah kami.

Dalam wawancara, politisi Partai Golkar kelahiran 10 September 1962 itu menyatakan siap pasang badan untuk Presiden Joko Widodo. Sebagai Ketua MPR RI Bamsoet menyebut dirinya akan menjadi benteng terakhir bagi Jokowi dalam menghadapi pihak-pihak yang mungkin akan menjatuhkannya di tengah jalan.

Ia mengungkapkan hal itu saat dikonfirmasi soal dukungan dari PDI Perjuangan terhadap dirinya dalam pemilihan Ketua MPR. Bamsoet menegaskan, tanpa ada syarat semacam itu dirinya pasti akan berupaya keras mempertahankan Jokowi untuk dapat tuntas memimpin di periode kedua.

"Tak perlu ada deal-deal juga saya pastikan akan jaga sebagai penjaga terakhir, tidak ada impeachment atau pun penggantian di tengah jalan. Karena ini untuk masa depan bangsa kita juga," ujarnya.

Khusus soal amandemen terbatas UUD 1945 yang juga disyaratkan PDI Perjuangan, mantan ketua DPR itu menyatakan bahwa hal tersebut sebenarnya sudah menjadi rekomendasi MPR periode sebelumnya. Karena itu sebagai ketua MPR yang baru dia tinggal menindaklanjuti apa yang sudah direkomendasikan.

Hanya saja, karena masih ada pro-kontra dan kekhawatiran seolah amandemen akan mengembalikan sistem politik seperti era Orde Baru, para pakar dan tokoh masyarakat akan diundang untuk didengar pendapatnya.

"Kami pasti akan mendengar, menyimak, dan mengkaji berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat. Proses amandemen ini tidak akan dilakukan tergesa-gesa atau grasa-grusu," kata Bamsoet.

Amandemen terbatas yang direkomendasikan MPR sebelumnya hanya untuk menghidupkan kembali GBHN. Alasannya, Indonesia yang merupakan negara besar dan luas, butuh haluan sebagai pemandu arah pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Selain kedua isu tersebut, Bamsoet juga bicara soal peluang dirinya dan Airlangga Hartarto bersaing memperebutkan kursi ketua Umum Partai Golkar dalam Munas Desember 2021.

***