Belum puas dengan bom Berlin, Khaddafi memerintahkan dua agen rahasia Libya menyusupkan bom ke bagasi pesawat Pan Am 103 yang berangkat dari Roma ke Frankfurt, dan New York.
Presiden Reagan menetapkan tanggal 5 April 1986 sebagai hari penyerangan ke Libya, jika Libya tidak menarik armada perangnya yang berada di lokasi latihan perang di Teluk Sidra. Bukan Khaddafi yang digertak langsung ciut, bukannya menarik armadanya, tapi justru Khaddafi meningkatkan patroli udara di halaman rumahnya itu.
Di sisi lain, dunia menganggap ancaman Reagan itu sebagai acting seorang mantang bintang film cowboy.
Pukul 02.00 tanggal 5 April 1986, didahului oleh pesawat pengintai Hawkeye E2-C yang terbang di ketinggian 21.000 meter, sehingga tidak terjangkau radar Libya, kemudian disusul puluhan F-111 Aadvark, F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F/A- 18 Hornet, A6 Intruder, A7 Corsair, dan A10 Thunderbolt yang membombardir Libya.
Jet-jet penempur itu terbang dari geladak kapal induk USS Amerika, USS Coral Sea dan USS Saratoga, serta dari pangkalan militer Aviano di Italia selatan. Seperti paku panas yang menembus keju. Reagan membuktikan bahwa omongannya bukan isapan jempol.
Mesin-mesin perang Libya yang dipasok dari Sovyet seperti Shukoi-22 Fitter dan MiG 25 Foxbat nyaris tak berkutik. Hanya batterei-battrei anti serangan udara yang masih menyalak. Itupun sangat tidak berarti. Dunia, kecuali Israel dan negara-negara barat, mengutuk tindakan Amerika itu sebagai satu agresi yang tidak bisa dibenarkan.
Tapi yang membuat Khaddafi dongkol adalah Sovyet yang hanya mengutuk serangan itu, bukan membela secara fisik seperti yang diharapkannya.
Tapi memang bisa dipahami, mengapa Gorbachev enggan masuk secara langsung dalam krisis di Teluk Sidra itu. Karena jika nekat masuk, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi Perang Dunia III. Di sisi lain, Gorbachev juga merupakan pemimpin Sovyet petama yang membuka keran demokrasi, dan lebih akrab dengan Amerika.
Serangan terhadap Libya itu berlangsung berminggu-minggu, ribuan ton bom dilepaskan dalam 35 kali pengeboman dan 48 peluru kendali diluncurkan ke berbagai sasaran di Libya. Guna menghindari banyaknya korban jiwa, jauh-jauh hari, Khaddafi telah memerintahkan pengosongan tangsi-tangsi militer, semua rakyat Libya, termasuk keluarganya, tinggal di tenda-tenda. Strategi ini membuat banyak pilot tempur Amerika bingung dan frustrasi, kemana bom harus dijatuhkan agar tidak mengenai penduduk sipil.
Tiga setengah juta rakyat Libya saat itu berpendapatan per kapita nyaris sama dengan Italia, US$9,000 per tahun, bersatu bersama Khaddafi bertahan dari serangan Amerika. “Kami siap mati bersama Brother Leader Khaddafi!!!” seru mereka.
Tapi pada serangan tanggal 15 April 1986, selepas maghrib, di sebuah tenda di pinggiran Tripoli, seorang perempuan kecil berusia 15 bulan, lepas dari pangkuan baby sitter-nya dan lari keluar tenda. Belum sempat diraih, sebuah bom meledak tidak jauh dari lokasi tenda itu. Terkaparlah Hanna bersimbah darah. Hanna adalah satu dari dua anak angkat Khaddafi. Tak pelak lagi tewasnya Hanna sangat membuat Khaddafi dan istrinya, Safia Farkash terpukul.
Pada keesokan harinya, Khaddafi sendiri memangku jasad Hanna ke tempat pemakaman. Sebelum meletakan jasad Hanna di liang lahat, dengan berlinang airmata, Khaddafi berkata,
“Ketika engkau mulai bisa berlari dan menjadi bunga hiasan kami di keluarga, Reagan memberimu hadiah berton-ton bom yang seharusnya tidak ditujukan padamu. Dia harus bertanggungjawab atas kematianmu nak.”
Dunia pun ikut menangis. Konon tangisan Khaddafi saat itu adalah yang pertama setelah ia menangis saat masih anak-anak. Khadaffi tak pernah menangis.
Sebagai pembalasan atas tewasnya Hanna dan ratusan warga Libya pada serangan Amerika itu, hanya berselang lima hari setelah kematian Hanna, sebuah bom meledak di diskotik La Belle yang tengah dipadati tentara Amerika di Berlin Barat, 229 tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Belum puas dengan bom Berlin, Khaddafi memerintahkan dua agen rahasia Libya menyusupkan bom ke bagasi pesawat Pan Am 103 yang berangkat dari Roma ke Frankfurt, terus ke London dan New York.
Tanggal 21 desember 1988, 40 menit setelah take off dari Heathrow, di atas langit Lockerbie Skotlandia, sebuah bom meledak di ruang bagasi dan menghancurkan Boeing 747 Pan Am 103. Sedikitnya 200 orang Amerika yang akan pulang kampung untuk merayakan Natal, dan puluhan warga berbagai negara, plus puluhan penduduk Lockerbie yang tertimpa reruntuhan pesawat, tewas seketka.
(Bersambung)
***
Tulisan sebelumnya: Muammar Khaddafi [2] Merebut Kekuasaan Saat Masih Berusia Muda
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews