Ada yang menyebutnya "Kelompencapir", tetapi bukan semacam "kelom geulis" alas kaki perempuan bikinan pengrajin Tasikmalaya. Ini singkatan dari Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan. Adanya pada zaman Orde Baru, saat Presiden Soeharto berkuasa selama 32 tahun.
Kegiatan yang merupakan pertemuan bagi petani dan (sesekali) nelayan itu memang lahir dan bekerja sebagai salah satu mesin politik Orba. Kegiatannya selalu disiarkan TVRI. Bukan selalu, tetapi wajib disiarkan satu-satunya stasiun televisi saat itu, stasiun milik pemerintah. Mau tidak mau mata pemirsa menonton mata acara yang sama.
Banyak orang minggat dari tempat duduknya kalau acara yang selalu menghadirkan para petani berprestasi itu mengudara. Bukan karena sebel sama Pak Harto sebagai penggagasnya, lebih karena kalau bisa menawar acara Aneka Ria Safari atau Dunia dalam Berita saja, lebih nendang pada zamannya.
Nah, kepintaran dan pengetahuan para petani atau nelayan ini diadu, tentu saja seputar dunia mereka. Kalau masih ingat acara Cerdas Cermat di stasiun televisi yang sama, nah mirip-mirip itulah Klompencapir.
Klompencapir terasa menunjukkan kekuatannya tatkala Indonesia gencar-gencarnya berswasembada pangan yang juga dengan tokoh sentral Pak Harto. Apalagi di tahun 1984 pemerintah RI mendapat penghargaan dari badan PBB yang khusus menangani pangan dan pertanian, FAO.
Sesungguhnya ada satu mata acara lagi yang bikin jemu pemirsa, yaitu "Dari Desa Ke Desa". Nah, ini benar-benar menonjolkan sosok Soeharto selaku Presiden yang dekat dengan rakyatnya, bisanya rakyat biasa dari berbagai profesi. Lagi-lagi petani atau peternak yang jadi "bintang" utama, kan namanya "Dari Desa Ke Desa".
Di acara itu Pak Harto duduk beserta para pembantunya. Kamera televisi menyorot wajah Pak Harto dari berbagai arah. Biasanya kalau Pak Harto sedang berbicara, BCU alias Big Close Up selalu digunakan. Maka muncullah kesan "The Smiling General"-nya yang khas. "Iya, toh?" selalu ujarannya diakhiri kalimat seperti itu. "Saudara-saudara harus inget!" Atau "Silaken Saudara tanya sama Menteri saya!"
Tentu saja hadirin yang hadir sudah terpilih melalui screening, telah pula ditunjuk siapa yang akan bertanya dan pertanyaan apa yang akan diajukan kepada Pak Harto. Semua sudah diatur sedemikian rupa, semua tertib, tanpa nyinyir dari siapapun. Di acara itu, jangan harap ada pertanyaan yang "selonong boy".
Pak Harto terlihat menguasai betul persoalan. Ujarannya lancar tanpa jeda, sesekali diselingi tawanya yang renyah bak keripik singkong, "hehehehe..." Tak salah kalau ada yang menganggap Pak Harto adalah "Profesor" untuk urusan tani.
Di acara itu pula, kalau ada yang dianggapnya lucu oleh Pak Harto, hadirin pun ikut terhehe-hehe, termasuk para menteri yang tersadar dari kantuknya.
Semua terhehe-hehe...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews