Anjing Canon

Ada agama yang melarang membunuh binatang, karena bisa jadi hewan itu dulunya adalah nenek moyang yang mati tapi belum bisa mencapai surga sehingga perlu terlahir kembali ke dunia menjadi hewan.

Rabu, 27 Oktober 2021 | 20:45 WIB
0
194
Anjing Canon
Anjing Canon (Foto: kumparan.com)

Saya pernah menjelajah rimba perbatasan Kalimantan-Serawak. Di tengah hutan sunyi itu pernah bertemu orang dayak berburu. Mereka membawa lima ekor anjing.

Banyak benar anjingnya, kata saya.

Tanpa anjing, tentu saja mereka tak mudah mendapat buruan babi atau rusa. Anjing juga yang memberi tanda adanya ancaman ular, atau binatang berbisa lainnya.

"Anjing juga bikin kami aman. Karena kantor polisi jauh, dan kantor tentara juga jauh."

Perhatikan juga, di desa-desa miskin dan kumuh, anjing juga banyak dipelihara. Mereka menjaga rumah dari maling. Mereka menjaga kebun dari serbuan babi, atau menjaga kolam dari musang. Anjing juga menyalak jika ada orang asing datang ke kampung.

Orang miskin tak cuma minim akses terhadap modal dan pendidikan. Akses layanan keamanan polisi pun jauh. Maka anjing adalah sistem pertahanan dini.

Anjing juga menjadi teman penggembala. Mereka juga temannya polisi untuk mendengus jejak bau si penjahat. Anjing juga membaui narkoba. Anjing juga teman para manusia kesepian, jomblo, dan orang-orang tua. Anjing itu setia, tak pernah tidur, selalu terjaga demi tuannya. Anjing juga menjaga para pemuda yang tertidur di Gua Kahfi.

Anjing itu setia
Anjing itu intelijen
Anjing itu pelayan dan pelindung
Anjing itu penurut

Bahkan Imam Nawawi menyebut 10 sifat anjing yang perlu dicontoh manusia. Kesetiaan di antaranya.

Karena sifat-sifat anjing seperti itu, Gus Baha mengatakan, bisa jadi Allah kemudian menajiskan anjing. Kalau tidak dinajiskan, hewan intelijen itu akan jadi sate, seperti sate ayam.

Ada agama yang melarang membunuh binatang, karena bisa jadi hewan itu dulunya adalah nenek moyang yang mati tapi belum bisa mencapai surga sehingga perlu terlahir kembali ke dunia menjadi hewan. Menyakiti hewan berarti menyakiti leluhur. Ini soal keimanan.

Tapi mungkin saja tujuannya adalah agar kita manusia menjaga keseimbangan alam, tidak membunuh hewan seenaknya.

Selalu ada makna di balik penajisan hewan.

Hewan najis bukan untuk dianiaya, apalagi sampai mati seperti Anjing Canon.

Tak ada yang Tuhan ciptakan untuk kesia-siaan.

***