Damin pun mengangguk. Matanya berkaca-kaca melihat HB yang bertubuh tinggi besar, namun sekarang berkursi roda itu masuk ke kapal cepat.
Harianto Badjoeri, akrab disapa HB oleh koleganya ini boleh berakhir masanya sebagai birokrat, tapi sosoknya tetap melekat kuat di hati mantan anak buahnya. Anak buah yang masih aktif maupun yang sudah pensiun tetap membangun relasi tiada putus dengannya.
“Gubernur boleh berganti, pejabat juga boleh berganti, tapi Pak Harianto tidak bisa tergantikan di hati ini,” ungkap Damin (65 tahun), pensiunan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta yang pernah menjadi anak buahnya HB.
Damin sekarang menjadi “penunggu” di Pulau Onrust, sebuah pulau bagian dari Kabupaten Kepulauan Seribu. Di pulau yang penuh dengan jejak Belanda dan Postugis ini, Damin pernah berkarya sebagai pegawai negeri sampai pensiun sekarang ini.
Damin-Onrust-HB adalah serangkaian cerita hidup yang tidak bisa dipisahkan. Mereka punya cerita yang saling menyambung sampai sekarang ini.
“Saya lah yang menugaskan Pak Haji Damin ini ke Pulau Onrust, karena dia rajin, ulet, dan setia kepada pekerjaannya,” kata HB.
Damin sendiri merasa bersyukur menjadi anak buah sekaligus dipercaya HB menunggui Pulau Onrust ini. Dengan kekaryaan dan kepercayaan HB itulah, Damin bisa memiliki keluarga yang “sejahtera” untuk ukurannya. Dua anaknya yang dia besarkan di Pulau Onrust, sekarang sudah mapan semua. Satu orang jadi anggota kepolisian dan satu orang lain jadi anggota Satuan Polisi Pamong Praja.
“Semua itu karena dibantu Pak Harianto ini. Semuanya tanpa imbalan dan bayaran. Saya hanya bisa membalas dengan doa buat Pak Harianto,” kata Damin.
Berkat HB inilah, Damin yang tadinya hanya pesuruh di Dinas Pariwisata DKI Jakarta bisa menjadi pegawai negeri sipil. Setelah menjadi pegawai negeri, Damin dipercaya oleh HB untuk mengurus Pula Onrust, sebuah pulau yang bisa ditempuh dari pantai utara di Jakarta dengan waktu sekitar 1 jam menggunakan kapal cepat kecil.
Ketika menugaskan Damin ke Pulau Onrust, HB waktu itu baru menjabat sebagai kepala seksi di Dinas Pariwisata DKI. Tetapi, HB sudah dianggap layaknya kepala dinas oleh Damin, mengingat atasannya itu punya pengaruh yang kuat sekali.
“Saya tahunya Pak Harianto itu ya kepala dinas,” ujar lelaki asal Tegal ini.
Di Pulau Onrust yang sepi, Damin tidak pernah mengeluh, karena setiap manusia mesti mencintai pekerjaan dan penugasan oleh atasannya. Dan, HB adalah atasan yang juga setia kepada anak buahnya. Dia memberi perhatian penuh kepada Damin. Berbagai bantuan dialirkan HB kepada Damin yang hidup di Pulau Onrust yang dikelilingi beberapa kuburan Belanda bahkan kuburan orang yang di keramatkan. Suasana Pulau Onrust sendiri begitu dingin, sehingga bikin kulit merinding.
Melihat Damin sanggup menunggu dan merawat Pulau Onrust yang berada di bawah pengelolaan dinas pariwisata, HB kagum. “Orang ini layak diperhatikan,” kata HB.
Sebagai bentuk perhatiannya, HB membantu dua anak Damin menjadi anggota polisi dan Satpol PP DKI. Jasa HB ini tidak bisa dilupakan oleh Damin. Jerih payahnya menjadi “pegawai terasing” puluhan tahun terbayar, karena generasi penerusnya diberi jalan kehidupan oleh atasannya itu.
“Jasa Pak Harianto tidak pernah terlupakan oleh saya,” kata Damin.
Bahkan ketika dia sudah pensiun pun, HB masih sering mengunjunginya di Pulau Onrust itu. Seperti pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 siang, HB bersama rombongan mengunjungi Damin yang sekarang membuka warung kopi bersama isterinya yang sudah sakit-sakitan di Pulau Onrust.
Begitu HB mendarat di Pulau Onrust, Damin dan keluargaya menyambut HB dengan riang gembira. Dia menyiapkan ikan bawal bakar, udang bumbu pedas, nasi hangat, dan kelapa muda, untuk menjamu HB.
Mereka lalu bercengkerama mengenang masa lalu dengan aneka ceritanya. Damin bercerita bahwa hanya HB satu-satunya pejabat yang paling rajin mengunjungi dan memberi perhatian kepada anak buahnya.
“Kapan-kapan kita reuni dengan para pensiunan dinas pariwisata Pak,” kata Damin meminta kepada HB.
Puncak keharuan antara Damin dan HB terjadi ketika mereka akan berpisah. Usai berfoto bersama, HB yang akan kembali ke daratan di Jakarta berpamitan kepada Damin.
“Jaga kesehatan Pak Damin,” kata HB sambil memerintahkan ajudannya untuk meniggalkan segepok uang buat Damin dan keluarganya.
Damin pun mengangguk. Matanya berkaca-kaca melihat HB yang bertubuh tinggi besar, namun sekarang berkursi roda itu masuk ke kapal cepat.
“Semoga Bapak lekas sehat, panjang umur, dan murah rezeki,” ujar Damin lirih sambil mengusapkan tangannya ke matanya yang berkaca-kaca itu.
Begitu kapal yang membawa HB dihempas gelombang di tengah laut, Damin melalui komunikasi telepon mengabarkan kepada rombongan mantan atasannya itu bahwa dia sekeluarga di Pulau Onrust menangis ditinggal HB meskipun suatu hari akan berjumpa lagi.
(Bersambung)
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [12]: Sesepuh dan Perekat Antaretnis
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews