Selain tulisan-tulisannya di Prisma, mantan kepala Litbang Kompas ini telah menulis beberapa buku serius.
Intelektual sejati dan pemikir kritis itu telah pergi meninggalkan duka mendalam bagi kita semua, para sahabat dan semua orang yang memahami posisi dan peran intelektualnya: Daniel Dhakidae, Ph. D, yang akrab disapa Bang DD.
Tapi setelah larut dalam duka, kita tersadar ada warisan berharga peninggalan DD yang perlu terus dirawat: tradisi pemikiran kritis khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, juga tradisi memelihara akal sehat di tengah realitas saat ini....
Tradisi pemikiran kritis sudah melekat dalam diri DD sejak usia muda, saat dia mengawali pendidikan filsafat di Seminari Tinggi St. Petrus, Ritapiret dan di Seminari Tinggi St. Paulus, Ledalero, Flores, NTT.
Tradisi itu semakin mengental pada fase berikutnya saat dia melanjutkan studi ilmu politik di UGM. Skripsi S1-nya berjudul "Nonvoting dalam Pemilihan Umum 1972 di Indonesia: Studi tentang Tingkah Laku Politik Mahasiswa Indonesia dengan Kasus Universitas Gadjah Mada" (1975).
Saat mahasiswa di UGM, DD bergabung dalam kelompok terbatas grup diskusi bersama Ashadi Siregar, Peter Hagul, dan lainnya yang aktif menerbitkan Jurnal Mingguan SENDI (Peter Hagul kemudian menjadi Pemred pertama koran kampus 'Gelora Mahasiswa', koran tempat saya juga aktif menulis).
Tamat dari UGM Yogyakarta, DD bergabung dengan Jurnal Prisma (LP3ES) tahun 1976 (saya sendiri baru ikut bergabung ke Prisma akhir 1979).
Kita semua tahu, di Prisma-lah, sosok DD sebagai intelektual pemikir kritis semakin terbentuk dan sekaligus semakin dikenal luas melalui tulisan-tulisannya di jurnal ini.
DD kemudian melanjutkan studinya dan meraih Ph. D dari Cornell University, Amerika, dengan disertasi berjudul "The State, The Rise of Capital, and The Fall of Political Journalism: Political Economy of Indonesian News Industry" (1991).
Disertasi ini mendapat penghargaan 'The Lauriston Sharp Prize' dari Southeast Asian Program Cornell University karena telah "memberikan sumbangan luar biasa bagi perkembangan ilmu".
Kembali ke Indonesia, DD menjadi Kepala Litbang Harian Kompas (1994-2006); selain tetap sebagai pengelola dan Pemimpin Redaksi Prisma sampai akhir hayatnya. Dia juga salah satu pendiri dan pengurus Yayasan Tifa.
Selain tulisan-tulisannya di Prisma, DD telah menulis beberapa buku serius. Salah satunya yang merupakan 'master piece'-nya adalah CENDEKIAWAN DAN KEKUASAAN DALAM NEGARA ORDE BARU (2003). DD kemudian menulis satu lagi buku serius, MENERJANG BADAI KEKUASAAN (2015).
DD bersama Vedi R. Hadi juga penyunting buku SOCIAL SCIENCE AND POWER IN INDONESIA (2005).
Selain menulis, DD juga menerjemahkan beberapa buku serius, di antaranya karya Harry J. Benda, BULAN SABIT DAN MATAHARI TERBIT: Islam di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang (1980); buku Maurice Duverger, SOSIOLOGI POLITIK (1985); buku Wright Mills, THE SOCIOLOGICAL IMAGINATION; dan buku Benedict R.O.G. Anderson, IMAGINED COMMUNITIES (2008).
Itu adalah sebagian dari warisan yang ditinggalkan DD buat kita. Selamat jalan Bang DD - Daniel Dhakidae (22 Agustus 1945 - 6 April 2021).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews