Memakmurkan rumah ibadah, apapun latar belakang dari rumah ibadah itu adalah kemuliaan, karena di rumah ibadah itulah kebaikan terus disemai ke penjuru kehidupan.
Melihat keanekaragaman bunga di taman nusantara ini, Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB amat menyadari potensi risikonya.
Keanekaragaman etnis dan agama mesti dikelola secara baik agar menjadi kekuatan. Jangan sampai keanekaragaman ini salah kelola hingga terpecah belah yang akhirnya merusak taman bunga nusantara bernama Indonesia ini.
Itulah mengapa HB menyatukan berbagai oragnisasi kepemudaan dan kemasyarakatan yang berbasis etnis maupun agama berbeda ini ke dalam wadah yang lebih kuat visinya, HB Center. HB Center sendiri adalah lembaga sosial yang mendedikasikan diri pada pekerjaan kemanusiaan dan pendidikan.
“Saya amat cemas melihat tajamnya polarisasi antaragama dan antaretnis akibat dari persaingan politik,” ujar HB.
Sebagai anak bangsa yang sudah bergaul dengan banyak elemen dengan latar belakang agama dan etnis berbeda, HB melihat akan terjadi ancaman besar bila perbedaan ini tidak direkatkan. HB pun berusaha merekatkannya dengan memberi perhatian kesejahteraan kepada semua etnis dan agama di antara orang-orang yang dia bina dan sayangi.
Mulai etnis Aceh, Minang, Batak, Melayu, Jawa, Banten, Betawi, Sunda, Madura, Flores, Maluku, Manado, Papua, sampai Tionghoa, dengan latar belakang Islam, Kristen, Hindu, Buddha, sampai Konghucu, dia beri perhatian dan kesejahteraan yang sama.
“Meskipun fisik saya tidak prima lagi, tetapi pikiran saya masih prima dan saya berpikir untuk membuat orang lebih sejahtera,” kata HB bersemangat.
Kepada koleganya yang beragama Kristen, HB telah ikut ambil bagian dalam membangun gereja di dua lokasi di kawasan Jakarta. Bukan sekadar membantu dalam bentuk uang, tetapi juga menyumbang peralatannya seperti alat pendingan ruangan –AC, mimbar, sampai sekolah minggu.
“Saya berterima kasih kepada Pak Harianto atas bantuan ini,” ungkap Jonggi Sihombing, salah seorang jemaat gereja.
Bagi HB, membangun rumah ibadah khususnya gereja, juga sebagai langkah untuk memberi perhatian kepada elemen bangsa meskipun mereka adalah kelompok minoritas di taman bunga nusantara.
“Negeri ini didirikan oleh para pendiri negara dengan bhineka tunggal ika. Jadi, kita generasi muda mesti merawatnya agar terus lestari,” ujar HB bersemangat.
Sebagai pemeluk Islam, HB juga tak kalah heroiknya dalam memberi sumbang sih. Dia menyumbang mobil ambulan dan jenazah, menyantuni anak yatim, sampai menghibahkan tanah untuk dibangun pusat kajian Islam.
Memakmurkan rumah ibadah, apapun latar belakang dari rumah ibadah itu adalah kemuliaan, karena di rumah ibadah itulah kebaikan terus disemai ke penjuru kehidupan.
“Dengan sumbang sihnya kepada banyak orang, semoga Pak HB panjang umur, sehat, dan banyak rezekinya,” ujar Tris, salah seorang kolega HB.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [9]: Beri “Kemewahan” Kepada Pedagang Pecel Lele di Monas
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews