Harianto Badjoeri [19]: Tak Punya Anak, Tetapi “Anaknya” di Mana-mana

Takdir telah menggariskan bahwa HB harus selalu memberi kepada orang lain, terutama kepada anak-anaknya, sekalipun mereka telah mapan hidupnya.

Sabtu, 9 November 2019 | 23:40 WIB
0
389
Harianto Badjoeri [19]:  Tak Punya Anak, Tetapi “Anaknya” di Mana-mana
Harianto Badjoeri (Foto: Dok. pribadi)

Suratan takdir manusia tidak kuasa untuk disangkal, termasuk dalam urusan keinginan memiliki anak. Ada manusia yang diberi banyak anak, tetapi ada juga yang tidak diberi sama sekali oleh Yang Maha Kuasa.

Salah satu yang tidak diberi anak dalam arti biologis adalah Harianto Badjoeri, legenda Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta. HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri, mengaku tetap bahagia dengan takdirnya yang demikian.

“Saya tetap bersyukur tidak dikarunia anak, karena saya diberi takdir lain untuk bisa membagi rezeki kepada orang lain sebanyak-banyaknya tanpa meminta pamrih,” ujar HB dengan semangat.

Dengan kondisinya yang demikian, HB diberi kelimpahan rezeki oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lebih besar dibanding orang lain. HB juga diberi kelebihan karakter sebagai manusia bermurah hati untuk menghidupi ratusan anak asuhnya setiap hari.

Seandainya rezeki HB hanya sebesar bukit mungkin sudah habis dicangkuli ratusan anak asuhnya setiap hari. Untungnya, rezeki HB bagaikan gunung yang  tak kunjung rata meskipun setiap hari dicangkuli dari segala sisinya.

Hingga pada suatu hari, ketika rapat yang dipimpin HB di lingkungan kantornya selesai, para peserta bercerita tentang keadaan anak-anak mereka. Ada yang membanggakan anaknya bersekolah di sini, ada yang bilang anaknya bekerja di sana. Intinya, mereka membanggakan prestasi anaknya yang tidak seberapa jumlahnya itu.

“Saya lalu bilang ke teman-teman tadi bahwa saya tidak punya anak kandung, tetapi saya menyantuni ratusan anak dari mulai sekolahnya sampai bekerja mapan,” ujar HB.

Salah satu anak asuh HB sekarang ini sudah banyak berpangkat jenderal bintang dua dengan jabatan tertinggi di suatu daerah. Sedangkan anak asuh yang berpangkat di bawah bintang sudah seabrek jumlahnya.

Selain anak asuh di kalangan kepolisian, HB juga memiliki anak asuh di lingkungan pesantren yang jumlahnya ratusan. Mulai yang dibiayai sekolahnya sampai yang ditempatkan bekerja di berbagai instansi sipil.

HB bercerita bahwa dia juga diangkat sebagai bapak asuh dari salah satu angkatan  di Akademi Kepolisian. Tepatnya angkatan ’84 yang diberi nama Jagratara.

Tentang banyaknya anak asuhnya HB ini, salah seorang guru agama, ustadz Hasan Basri bercerita bahwa anak dalam terminologi agama bisa dimaknai sebagai lebih luas. Bisa anak kandung, anak didik, anak angkat, dan anak asuh.

Anak-anak yang disantuni kebutuhan makan, pendidikan, maupun yang ditempatkan dalam bekerja, juga bisa disebut sebagai anak juga.

“Doa mereka tetap bisa menyambung kepada orangtua yang menyantuni mereka,” ujar ustadz yang selalu dekat dengan HB ini.

Itulah sebabnya, HB bagaikan ratu lebah. Dia berdiam di tengah, namun doa datang dari anak-anaknya yang tersebar di mana-mana. Antara HB dan anak-anaknya terjalin relasi setia yang sulit diputuskan dengan berbagai keadaan.

“Mas Harianto itu juga mirip laba-laba. Dia diam di tengah, tetapi jaringnya terpasang di mana-mana,” ujar salah seorang yang prnah ditolong oleh HB.

Anak-anak asuhnya yang sudah mapan dan berpangkat sekalipun begitu hormat ketika mereka datang kepada HB. Uniknya, anak-anak itu tetap diberi hadiah berupa uang atau benda berharga lainnya oleh HB ketika mereka mau pulang.

Pemberian semacam ini jarang terjadi sekalipun itu antara orangtua kandung dan anaknya. Yang ada, biasanya anak yang sudah dewasa atau bekerja bila datang kepada orangtuanya malah memberi uang.

“Tetapi Pak Harianto kebalikannya. Dia selalu memberi sesuatu yang berharga kepada anak-anaknya yang datang, sekalipun mereka sudah mapan bekerja,” ujar seorang yang setiap hari dekat dengan HB ini.

Apa yang dikerjakan HB kepada anak-anaknya ini jarang terjadi di dalam kehidupan manusia. Benar-benar di luar nalar manusia.

“Mungkin kalau saya dikaruniai anak justeru saya tidak bisa membagi rezeki seperti sekarang ini,” kata HB tersenyum.

Takdir telah menggariskan bahwa HB harus selalu memberi kepada orang lain, terutama kepada anak-anaknya, sekalipun mereka telah mapan hidupnya. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [18]: Sering Dikeroyok Orang