Setiap kampus punya era keemasan sendiri. Dan era itu banyak ditentukan oleh karakter dan ketokohan Sang Rektor. Universitas Gadjah Mada, misalnya, moncer dibawah kepemimpinan Pak Koesnadi Hardjasumantri. Institut Pertanian Bogor meroket berkat peran Pak Andi Hakim Nasution.
Bagaimana dengan Institut Teknologi Bandung, yang lagi hot di medsos terkait posisi MWA Pak Din Syamsuddin? Saya menilai Institut Teknologi Bandung beruntung sempat dipimpin Pak Iskandar Alisjahbana. Dia Rektor paling demokratis yang pernah dimiliki Kampus Ganesha.
Profesor Iskandar Alisjahbana, akrab disapa 'Pak Is', adalah putra sastrawan dan pemikir legendaris Sutan Takdir Alisjahbana. Dia pakar satelit di awal kita punya Satelit Palapa. Pak Is Rektor ITB dengan periode tersingkat, 1976 - 1978. Pemerintah mencopot Pak Is dari kursi rektor pada 14 Februari 1978.
Tak cuma itu, rumah dinasnya sempat diberondong tembakan. Dia dan anak-anaknya nyaris terkena peluru tajam. Tapi Tuhan masih melindunginya.
Mendapat serangan bersenjata, Pak Is tak gentar. Dia mendatangi ruang Panglima Kodam Siliwangi, Mayjen TNI Himawan Soetanto, di Jalan Aceh, Bandung. Pak Is langsung berkacak pinggang di depan Panglima Siliwangi, "Waarom hebben jullie mijn huis beschoten?" - Mengapa kalian menembaki rumah saya? [Panglima membantah penembakan itu atas perintahnya].
Mengapa Pemerintah begitu marah dengan Pak Is? Rejim Orde Baru meradang karena Rektor ITB tak menindak para mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi. Tokoh aksi ketika itu, antara lain: Rizal Ramli, Yusman Syafii Djamal, Heri Akhmadi dll. Alih-alih menskorsing para demonstran, Pak Is malah membaur dan ikut aksi demonstrasi. Saat itu, Rejim Orde Baru di puncak kekuatan, keberanian Pak Is sungguh hebat. Dia tak ternina-bobokan dengan kursi empuk Rektor ITB.
Suatu ketika saya bertanya pada Pak Is soal pencopotannya. "Orang bisa mencopot jabatan kita kapan saja. Tapi tak ada yang bisa memberangus karakter kita," ujarnya. Saya mencatat dalam hati petuah Pak Is itu.
Dan setelahnya, saya belum menemukan Rektor ITB sekaliber Pak Is. Saya merasa ITB kini menjadi menara gading. Tentu ini penilaian subyektif. Orang lain boleh punya pendapat berbeda.
Foto di atas: saya mengantar Pak Is pulang ke rumahnya di Bandung dengan mobil pinjaman. Saya masih gondrong. Kalau tak salah tahun 1993, atau 1994. Poho (lupa) euyyy. Kami sempatkan foto berdua di halaman rumah Pak Is yang asri. Kini beliau telah tiada, semoga mendapat tempat terbaik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews