Berulang kali Gubernur Ahok mengatakan kepada Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Santoso waktu itu agar dia meniru sifat Haryanto yang sangat dicintai anak buahnya.
Post power syndrome. Itulah yang biasa menghinggapi orang-orang besar ketika mereka sudah “habis” dari kekuasaannya. Mereka merasa tidak lagi berguna atau dibutuhkan oleh banyak orang, sehingga mental mereka menjadi labil secara sosial.
Tetapi, hal itu tak terjadi pada figur Haryanto Badjoeri, mantan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ini.
Meskipun sudah selesai dari dinasnya di pemerintahan, HB—demikian Haryanto Badjoeri disapa oleh koleganya maupun media, tetap didatangi dan dibutuhkan banyak orang.
Karakternya yang sejak muda berdinas di Pemprov DKI sebagai orang periang, hangat, dan suka menolong, berbuah di hari tua. Dia masih dikenang dan didatangi oleh banyak orang yang pernah dia tolong maupun yang masih membutuhkan bantuannya.
“Budi baik yang Mas HB tanam sejak muda berbuah sekarang ini. Orang masih datang menghormatinya dan mengenangnya,” ungkap salah seorang koleganya, Erick.
HB sendiri sekarang ini hanyalah orang biasa yang berkarya pada salah satu perusahaan BUMD milik Pemprov DKI. Dia tidak punya kekuasaan besar seperti ketika dia masih berdinas di Pemprov DKI.
Tetapi, setiap hari, “pasiennya” yang datang ke kantornya mencapai belasan orang. Mereka yang datang itu dari berbagai usia, golongan, suku, agama, dan status sosial.
Status tamunya ada yang sudah pensiunan, ada yang pegawai negeri, ada aparatur kepolisian, ada wartawan, ada aktivis, ada preman, bahkan ada pengangguran yang membutuhkan pekerjaan. Mereka datang ke HB hanya satu tujuan, --“mencari berkah”.
Tidaklah heran bila ruang kerja milik HB penuh sesak hingga tamunya harus duduk di luar bahkan ada yang berdiri di tangga. Mirip dokter spesialis ahli penyakit kronis yang didatangi banyak pasien.
Tetapi, HB tidak pernah risih dengan banyaknya tamunya itu. Dia dengan riang gembira menemui mereka. Di ruangan kerjanya yang kecil, HB selalu bercerita banyak hal sambil mendengarkan keluh-kesah tamu-tamunya itu. Untuk menghargai mereka, dia juga menyediakan aneka minuman dan makanan berkualitas sebagai santapannya.
Setelah mendengarkan persoalan hidup semua tamunya, HB kemudian memberi solusinya. Ada yang dibantu mencari pekerjaan, biaya sekolah, sampai urusan kariernya di kantor.
Bahkan pada momentum hari Lebaran ini, HB tak lupa masih membagikan puluhan paket rezeki kepada tamu-tamunya. Rezeki itu dia berikan secara merata tanpa membedakan statusnya.
“Lumayan, sudah dikasih solusi atas kesulitan saya, ehh masih dikasih rezeki pula. Semoga Pak HB makin sehat dan panjang umur,” ujar salah seorang tamunya yang menerima satu amplop putih dari HB.
Baca Juga: Beda Ahok dan Ahmad Dhani dalam Menghadapi Vonis Hukum
Watak murah hatinya ini bukan datang tiba-tiba ketika dia sudah tua. Dulu ketika masih berdinas di DKI Jakarta, HB juga sudah dikenal dermawan oleh siapa saja. Bukan hanya anak buahnya, tetapi lebih-lebih kepada masyarakat umum. Tidaklah heran bila nama HB sebagai dermawan dikenal oleh banyak PNS DKI maupun masyarakat.
“Mas Har itu memang pohon duit. Pagi berbuah, sore dipetik. Begitu terus sepanjang masa,” ujar salah seorang koleganya mengenang HB yang suka membagi rezeki sambil berolahraga sore di kawasan Gelanggang Olahraga Bung Karno pada tahun 90-an ini.
Watak HB yang suka membagi rezeki ini rupanya sampai ke telinga mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP alias Ahok.
BTP pada 30 April 2013, ketika dia masih menjadi wakil gubernur, pernah memuji HB. Pujian BTP itu dia sampaikan ketika menjadi inspektur upacara dalam apel besar memperingati Hari Ulang Tahun ke-63 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Hari Ulang Tahun ke-51 Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) di lapangan Monumen Nasional (Monas).
Setelah memimpin upacara, Basuki memotong tumpeng dan memberikan potongan pertama kepada HB, selaku mantan Kepala Satpol PP DKI. BTP mengatakan bahwa Haryanto harus dapat menjadi contoh bagi pemimpin lainnya.
"Bapak ini harus dijadikan contoh. Pak Haryanto adalah Bapak yang sangat loyal kepada korpsnya," kata Basuki.
Berulang kali BTP mengatakan kepada Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Santoso waktu itu agar dia meniru sifat Haryanto yang sangat dicintai anak buahnya.
BTP memuji sifat penyayang tetapi tegas yang dimiliki HB. Sifat itu pulalah yang harus tertanam pada diri Kukuh sebagai Kepala Satpol PP DKI yang waktu itu belum genap sebulan menjabat.
Menurut Basuki, apabila ada personel Satpol PP yang tak mampu menyekolahkan anak-anak mereka, HB turun tangan membantu mereka.
"Pak Haryanto adalah contoh pemimpin yang menenangi hati anak buahnya.”
Pujian BTP kepada HB enam tahun silam itu tidak salah alamat. HB sampai sekarang pun masih menjadi figur yang selalu dicari oleh banyak orang yang menghadapi kesulitan.
Orang-orang silih berganti datang kepada HB. Mereka bukan datang memberi upeti, tetapi datang meminta solusi.
Banyaknya orang yang mendatanginya inilah yang selalu membuat hati Haryanto Badjoeri tidak pernah sepi.
Penulis: Krista Riyanto
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews