Beda Ahok dan Ahmad Dhani dalam Menghadapi Vonis Hukum

Jumat, 15 Februari 2019 | 16:59 WIB
1
680
Beda Ahok dan Ahmad Dhani dalam Menghadapi Vonis Hukum
Ahmad Dhani dan Ahok (Foto: Merdeka.com)

Dua tahun lalu basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dituduh menista agama dengan legowo menerima kenyataan bahwa dirinya akan masuk penjara. Ia menghadapi sidang demi sidang dengan kepasrahan luar biasa. Ahok amat menghormati hukum sehingga apapun keputusan pengadilan ia terima.

Beda saat ia sedang bekerja. Sebagai gubernur Ahok teriak keras terhadap ketidakadilan, ia berani menantang siapa saja yang berusaha menghambat pekerjaanya. Ia kan memaki–maki orang yang pekerjaannya tidak benar. Sebaliknya ia santun pada orang yang bekerja keras dan mempunyai pandangan jauh ke depan.

Ahok yang sekarang lebh senang disebut BTP menjalani proses hukum seperti layaknya satriya yang terikat sumpah pada nilai-nilai sportivitas, nilai-nilai andap asor dan taat pada keputusan hukum. Ia ingin mencontohkan meskipun sebenarnya ia tidak bisa dikatakan salah karena ucapannya banyak dipelintir dan direkayasa, ia menghadapi hukum tanpa rasa takut.

Banyak manusia sekarang yang mentang-mentang dekat dengan ulama, agamawan dan orang-orang penting merasa tinggi hati dengan tidak mengindahkan proses hukum, tidak mengindahkan etika kesopanan sehingga dengan entengnya memaki, mengolok-olok orang yang tidak disukai, apalagi yang menjadi bahan candaan dan olok-oloknya adalah pemimpin tertinggi negara.

Kurang patut mengungkapkan rasa kekecewaan dengan semburan nama-nama binatang. Walaupun mungkin pemimpin yang dijadikan bahan olokan tidak pernah membalas tetapi nilai-nilai sopan santun orang timur harusnya dipegang teguh.

Itu yang terjadi dengan Ahmad Dhani. Ia yang terekam mengumpat dan mengatakan "anjing" pada presidennya adalah sosok musisi papan atas tanah air. Lagu- lagunya memang elok. Banyak yang akhirnya hits, terkenal dan dinyanyikan banyak kalangan. Syair-syairnya sebetulnya cerdas, mengena pada orang- orang yang sedang dilanda cinta dan jitu memilih lagu sehingga muncullah lagu-lagu yang cukup gampang dihapal dengan kord melodi tidak terlalu rumit.

Sebetulnya mengapa sih ia terjun ke politik. Wataknya yang keras kepala, terkesan arogan, sombong dan mau menang sendiri tidak cocok sebagai politisi. Ia menurut saya bolehlah tetap menjadi diri sendiri yang menapak di jalur entertainer. Tapi siapa yang bisa mencegah hasrat orang. Politik itu menggiurkan bagi yang berambisi pada kekuasaan.

Ahmad Dhani kemudian merapat ke politik dengan berbagai kontroversi yang menyertainya. Ia seperti tidak suka sosok Jokowi. Ia mungkin menempatkan diri sebagai orang dengan kasta tinggi yang hanya memilih pemimpin berdasarkan gen dari kalangan militer, atau pemimpin dari trah darah biru.

Ahmad Dhani mungkin memandang Jokowi sosok yang cocok sebagai bahan olok-oloknya. Seperti halnya Fadli Zon yang merasa sebagai intelektual pilihan, sejak awal berprestasi, pelajar unggul dengan sel kesombongan yang melekat dalam darahnya. Orang terkaget-kaget menghadapi kenyataan ada rakyat biasa biasa merangsek sampai posisi tertinggi negara dengan pencapaian kerja luar biasa.

Saya kagum sosoknya sebagai musisi tetapi tidak respek saat ia terjun sebagai politisi, terlalu berisik. Hadapi saja hukum biarkan pengacara yang mencari cara meringankan hukuman. Bukan membela Jokowi membabi buta tetapi saya melihat presiden ke-7 ini amat sabar melayani serangan bertubi-tubi kaum oposisi yang tidak suka dengan sepak terjangnya.

Jokowi sudah berusaha maksimal untuk membenahi negara. Kebetulan gejolak ekonomi dunia tengah melanda, banyak negara terimbas dengan perang dagang China dan Amerika, banyak yang menjadi korban resesi dunia, tetapi pertumbuhan 5 persen sudah cukup baik dibandingkan dengan ancaman krisis global yang telah membuat bangkrut beberapa negara.

Ahmad Dhani sebaiknya masuk dalam lingkungan milenial yang sedang berjuang untuk mampu menciptakan lapangan kerja kreatif yang mampu mengkolaborasikan antara sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Persoalan bangsa bertambah rumit jika ada pembelahan, ketidakkompakan antar elemen masyarakat, lebih disibukkan pada perbedaan-perbedaan pandangan. Demokrasi menuntut sifat- sifat sportif yang bisa dengan obyektif mengkritik dan menilai pekerjaan secara obyektif. Buruk dikatakan buruk dengan berbagai alasan logis dan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Jika asal tuduh asal “njeplak” akhirnya yang terjadi adalah masyarakat yang selalu terbelah tanpa ada solusi. Jika masyarakat selalu mengeluh, menuduh pemerintah abai terhadap rakyat kecil, bergantung pada utang, dan selalu mencari kesalahan-kesalahan tanpa menawarkan solusi.

Ahmad Dhani sebetulnya manusia multi talenta (dalam bidang musik dan entertainer ). Tetapi ia terlalu responsif dan selalu memandang jelek niat baik pemerintah. Banyak yang seperti dia menjadi manusia pengeluh, manusia yang selalu tidak puas, manusia yang selalu menilai orang lain tidak sepadan dengan kelompoknya, manusia hypercritical. Dan momentum tepat saat ada event pilihan presiden. Hasrat menggebu untuk ganti presiden dengan presiden impiannya menutup mata pada kelebihan petahana.

Ahok adalah manusia langka yang dimiliki Indonesia. Sosok ceplas–ceplos, ketus terhadap kesalahan dan banyak yang merasa tersinggung jika mendengar sekilas kata- katanya. Tapi Jakarta sebetulnya tengah berubah dan mulai ada kemajuan dengan perubahan mental pejabatnya. Tetapi lagi-lagi gara-gara kasus penistaan agama Ahok atau BTP akhirnya harus amsuk jeruji penjara.

Pada masa jabatannya sebagai Gubernur BTP amat keras terhadap penyelewengan. Apalagi para koruptor dan maling anggaran. Ia menampung begitu banyak keluhan dan dengan sabar mendengar keluhan masyarakat untuk ditindaklanjuti. Tetapi rupanya musuhnya sagat banyak hingga banyak orang yang tidak suka pada dia mencari cara untuk menjatuhkan karir BTP.

BTP atau Ahok melewati hukuman tanpa banyak melawan beda saat ia harus keras saat melihat penyimpangan anggaran. Ia bisa menjadi harimau lapar saat menghadapi ketidakadilan dan penyimpangan. Ia tidak mengeluh dan sangat menjalani hukuman dengan Ikhlas. Beda dengan Dhani yang “panik” dan terlalu banyak melawan pada prosedur  hukum yang berlaku.

Belajarlah Pada BTP  Ahmad Dani, jika tidak bersalah ikuti saja prosedur hukum, buat testimoni, pledoi  logis yang meringankan hukumannya. Toh jika taat dan kooperatif pasti akan mendapat keringanan hukuman. Jangan hanya karena artis akhirnya kasusnya dibuat melodrama, dengan menempatkan diri seakan-akan sebagai pesakitan yang minta dikasihani, diberi narasi seakan–akan sebagai sesosok figure yang sedang terzolimi oleh rezim yang sedang berkuasa.

Masyarakt sudah cerdas. Kalau nanti sudah lepas dari penjara kembali saja ke dunia yang membesarkanmu yaitu musik. Kamu lebih kharismatik saat sebagai pentolan Dewa. Saat sebagai politisi saya mual dengan segala kontroversimu.

***