Terimakasih Pak Swan, Si Kakek, yang baik hati, dan sudi menuliskan tuturannya untuk generasi kini. Kepulan asap rokokmu juga dahsyat!
Pollycarpus Swantoro, sohib Jakob Oetama, duet maut yang mengarahkan Kompas, wafat Minggu kemarin (11/8/2019) dalam usia 87 tahun.
Pak Swan, demikian saya menyapanya ketika acap bertemu di Yogya, karena beliau mendirikan LSJ (Lembaga Studi Jawa) di desa Tembi, Bantul, seorang yang mempesona. Cendekia tapi rendah hati.
Kekaguman padanya diawali dari buku karyanya, "Dari Buku Ke Buku; Sambung Menyambung Menjadi Satu" (2002), sebuah cerita petualangan yang sangat imajinatif bagi saya, yang lama ingin saya punya, tapi buku itu masuk kategori langka.
Barulah 16 tahun kemudian, akhirnya bisa saya dapatkan dengan cara ajaib. Justeru buku tersebut diberi langsung oleh Pak Swan, plus mendapat bonus buku "Masa Lalu Selalu Aktual", yang keduanya diberi tanda-tangan penulisnya langsung. Duh, bahagianya!
Baca Juga: "Dari Buku ke Buku", Selamat Jalan Pak Swantoro...
Yang mempesona dari Pak Swan, ia sejarawan, mantan guru dan wartawan (saya kok lebih sreg menyebutnya wartawan daripada jurnalis, istilah yang mewabah kini). Perpaduan tiga hal itu, membuat tulisan Pak Swan jadi keren. Seorang yang detail akan data. Sebagaimana kesan Jakob Oetama dalam pengantarnya; tulisan Pak Swan renyah, mudah diikuti, dengan kadar story telling yang pepal.
Dari Buku Ke Buku bukan resensi, juga bukan kutap-kutip isi buku, tetapi lebih jauh bagaimana Pak Swan mengajak pembaca menjadi pengelana masa lalu, pengelana waktu, dan pengelana sejarah itu sendiri, untuk mempertautkan dengan masa kini. Itulah kenapa, sejarah selalu aktual. Dan Pak Swan, sebagimana pengakuannya, lebih suka menyebut diri sebagai ‘Si Kakek’, yang menceritakan kepada para cucu.
Gaya bertuturnya, sebagaimana pengakuan Si Kakek, ialah bertutur kepada cucunya yang diajak berjalan-jalan di taman bunga. Satu sama lain bisa jadi tak berhubungan, namun ia menjadi bunga rampai yang kaya. Sebuah puspa ragam yang memanjakan memori.
Begitu dahsyatnya buku-buku hadir dalam kehidupan kita. Betapa menulis buku bukanlah kerja sembarang, sekedar copy-paste tulisan di internet, hanya sekedar memburu sensasi dan duit belaka.
Buku Pak Swan seperti sebuah catatan etnografis yang begitu personal, pengalaman empiriknya berhubungan dengan buku-buku. Penulis juga dengan baik menuliskan side-story dari apa pembacaannya mengenai buku, meski ia mencoba untuk setia hanya pada teks buku-buku, dan tidak meliarkannya dengan mengundang ingatan yang menyertai di luar buku. Ia berbeda gaya GM dengan 'Catatan Pinggir'-nya.
Pak Swan seorang kolektor buku, dan karena itu juga seorang pemburu buku. Ribuan buku koleksinya, sebagiannya adalah kisah tentang perburuan buku, bahkan di lapak-lapak yang tak pernah dikenali umum. Percakapannya dengan buku-bukunya, menjadikan tulisan Pak Swan mengayakan perspektif kita mengenai masa lalu. Dan karena itu, masa lalu memang selalu aktual.
Terimakasih Pak Swan, Si Kakek, yang baik hati, dan sudi menuliskan tuturannya untuk generasi kini. Kepulan asap rokokmu juga dahsyat!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews