P. Swantoro adalah pemegang saham Harian Kompas, karya-karya jurnalistiknya hebat, produktivitas dan kapasitas intelektualnya tidak diragukan lagi. Ia meninggal dengan tenang.
Dia wartawan dengan latar belakang pendidikan formal ilmu sejarah. Karena itu penguasaan data dan verifikasi data mutlak baginya. Bagi kami mantan yuniornya di Redaksi Kompas, Pak Swan (panggilan akrab P. Swantoro) adalah "ensiklopedi berjalan".
Seperti sahabat seangkatannya, Jakob Oetama dan P.K. Oyong, dia wartawan produk zamannya: wartawan yang mengandalkan ilmu pengetahuan, filsafat, "kutu buku", menguasai beberapa bahasa asing, berwawasan luas, kritis dan berintegritas.
Dia menulis di beberapa jurnal ilmiah. Saya pertama kali mengenal tokoh ini dari tulisannya di Jurnal Prisma (LP3ES), tempat awal saya bekerja.
Saya selalu kagum tidak saja pada karya-karya jurnalistiknya, tapi juga pada produktivitas dan kapasitas intelektualnya.
Pak Swan penulis hebat yang masih menulis pada usia 87 dan menerbitkan bukunya tahun 2019 ini.
Beberapa bukunya antara lain:- Dari BUKU ke BUKU (2002);
- MASA LALU SELALU AKTUAL (jilid pertama 2007, jilid kedua 2019);
- PERDAGANGAN LADA ABAD XVII (2019).
Ketika Harian Kompas merayakan ulang tahunnya yang ke-80 pada 26 Januari 2012, Pak Swantoro sebenarnya enggan karena merasa dirinya "bukan siapa-siapa". Rendah hati.
Saat itu dia berkata: "Saya cuma minta didoakan agar bisa mati dengan baik. Buat apa umur panjang, tetapi matinya tidak baik".
Dan keinginannya terkabul. Dia meninggal dengan tenang saat tidur, Minggu (11 Agustus 2019) dinihari.
Selamat jalan Pak Swan....... RIP
Pak Jakob Oetama menyerahkan lukisan diri kepada Pak Swantoro pada perayaan HUT-nya ke-80, 26 Januari 2012. Foto karya Robert Adhi KSP, jurnalis Kompas.***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews