Kalau Amin Rais belakangan bicara soal rekonsiliasi, sikap itulah yang terasa. Ia kelompok yang kalah, tapi belagu. Ia pecundang, tetapi sombong.
Ada pepatah dalam pertandingan : yang menang jangan mentang-mentang. Yang kalah jangan ngambek.
Tapi untuk Amin Rais, pepatah itu gak berlaku. Kalah gak apa-apa. Soal sikap mentang-mentang jangan sampai hilang. Kekalahan tidak menghapus rasa jumawa. Jadi pecundang gak menghapus gaya. Belagu, tetap saja belagu. Meski kalah.
Kalau Amin Rais belakangan bicara soal rekonsiliasi, sikap itulah yang terasa. Ia kelompok yang kalah, tapi belagu. Ia pecundang, tetapi sombong. Amien mengajukan syarat rekonsiliasi 45 : 55. Sesuai jumlah suara.
Maksud Amin nanti kursi kabinet dibagi 45% untuk kelompok Prabowo dan 55% untuk kelompok Jokowi. Bagaimana bisa pihak yang kalah, yang dirangkul, malah mengajukan syarat.
Dan setahu kita, Jokowi memang merangkul Prabowo. Calon presiden yang ketua partai Gerindra. Bukan merangkul Amien Rais sebagai sesepuh PAN. Setelah Prabowo membubarkan koalisi pendukungnya, PAN dan Gerindra adalah dua entitas yang berbeda. Terus kenapa juga Amien Rais yang mengajukan syarat?
Amien adalah orang yang menghasut masa turun ke jalan pasca putusan KPU. Hasil dari hasutan Amien, Jakarta hampir dilanda kerusuhan.
Selama kampanye Amien juga dikenal bermulut api. Omongannya membakar orang agar terus bergotokan. Ia memperkenalkan partai Allah dan partai setan. Ia meneriakkan perang badar ketika kampanye. Ia menggesek people power.
Pokoknya bagi Amien, Pilpres sama dengan perang, saling bermusuhan. Saling menghancurkan. Yang dibenturkan adalah sesama anak bangsa. Yang beresiko adalah persatuan Indonesia.
Baca Juga: Sebab Amien Rais, Rekonsiliasi Prabowo-Jokowi Bisa Gagal
Politikus yang prestasinya melengserkan Gus Dur dari kursi Presiden ini memang lebih besar hasut dari pada tiang. Ia gak punya tiang yang kuat. Suara PAN segitu gitu aja sejak dulu. Gak pernah bertambah. Tapi Amien selalu besar kepala.
Ketika dia maju sebagai Capres, posisinya cuma keempat dari lima pasang kandidat. Cuma juara harapan. Kalau dalam pertandingan, juara 1, 2 dan 3 layak mendapat piala. Juara keempat hanya pantas mendapat hadiah hiburan --isinya sabun dan buku tulis dibungkus sampul cokelat.
Bahkan saat Pemilu kemarin, suara Jokowi-Amin lebih unggul dibanding Prabowo-Sandi di TPS tempat Amien Rais mencoblos. Artinya di lingkungannya sendiri saja omongan Amien gak ada yang dengerin.
Terus sekarang dia soksokan mengajukan syarat rekonsiliasi?
"Selama Pak Amien belum jalan kaki Jakarta-Jogja, selama itu pula rakyat gak ada yang percaya omongannya," ujar Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews