Amien sadar betul kalau Prabowo berkoalisi dengan Jokowi, maka nasibnya sama dengan nasib kelompok Pro-Khilafah yang ditinggal Prabowo.
Kenapa ya Amien Rais selalu mencari perhatian publik dengan ide-idenya yang tidak masuk akal. Yang mau rekonsiliasi Prabowo dengan Jokowi, tapi yang ingin mengatur persyaratan rekonsiliasinya malah Amien Rais.
Padahal secara prinsip, tujuan rekonsiliasi itu bukanlah bagi-bagi kekuasaan, melainkan membuat gagasan bersama yang bisa dikerjakan secara bersama-sama, bukanlah tergantung porsi jabatan yang didapat Tim Prabowo.
Saya percaya kalau Prabowo secara prinsip dia hanya ingin agar beberapa gagasannya selama ini bisa Ikut terealisasi, dengan adanya rekonsiliasi. Sementara Amien Rais menuntut agar Prabowo mengajukan pembagian kekuasaan 55 - 45, artinya Jokowi 55, dan Prabowo 45.
Menang banyaknya dong kubu Prabowo, sementara kubu Jokowi dengan porsi 55 harus berbagi dengan Partai Koalisinya. Inikan seperti belanda Minta Tanah, dikasih satu kavling, mintanya 50 kavling. Dikasih hati malah minta jantung, kalau Persyaratan tidak terpenuhi, lebih baik tetap menjadi oposisi.
Kalau Persyaratan seperti ini diajukan ke Jokowi pasti ditolak, tidak mungkin Jokowi dan Koalisinya bisa menerima Persyaratan tersebut. Kalau ini yang terjadi, itu samahalnya dengan ingin membubarkan koalisi Jokowi.
Persyaratan ini sangat mungkin akan menggagalkan rekonsiliasi Jokowi-Prabowo, bisa jadi memang ini yang diinginkan Amien Rais. Amien Rais sangat tidak berkenan jika Prabowo berkoalisi dengan Pemerintah.
Yang jelas, kalau sampai Prabowo masuk dalam koalisi Pemerintahan, dengan catatan bukan dengan Persyaratan seperti yang disebutkan Amien Rais, maka sudah bisa dipastikan PAN tidak akan masuk dalam koalisi Pemerintah.
Pertemuan Amien Rais dengan Prabowo pada Selasa (16/7), dilakukan atas dasar pertemuan Prabowo dengan Jokowi Sabtu (13/7). Dalam pertemuan dengan Prabowo itu, Amien mengaku berbicara rencana rekonsiliasi secara keseluruhan, termasuk kemungkinan berkoalisi dengan pemerintah.
Pada pertemuan itu Amien menginginkan Prabowo membuat platform yang jelas untuk disepakati Jokowi, maka langkah selanjutnya adalah pembagian kekuasaan yang menguntungkan. Namun, apabila hal itu tak tercapai, maka Amien meminta Prabowo untuk kembali menjadi oposisi saja.
"Kalau itu (platform Prabowo) disepakati, misalnya disepakati, ayo bagi 55-45 (kekuasaan) itu masuk akal. Kalau sampai disepakati, berarti rezim ini balik kanan sudah jalan akalnya. Tapi ini kan enggak mungkin. Kalau mungkin alhamdulillah, negeri ini bisa kokoh sekali karena ide Prabowo akan dilaksanakan. Tapi kalau tidak mau, ya sudah kita di luar, oposisi," tambah Amien.
Amien sendiri tidak yakin kalau platformnya diterima oleh Jokowi, karena memang Persyaratan yang diajukan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Jadi pokok utamanya pengajuan Platform tersebut adalah ingin menggagalkan rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi.
Amien sadar betul kalau Prabowo berkoalisi dengan Jokowi, maka nasibnya sama dengan nasib kelompok Pro-Khilafah yang ditinggal Prabowo, itulah yang tidak diinginkan Amien Rais, makanya dia berusaha mengajukan ide yang mustahil disetujui Jokowi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews